NIM :
1002045106
MATAKULIAH :
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA PASIFIK
KELAS : HI REGULER B ‘10
Soal
Apakah
posisi Cina dalam formasi Flying Geese mengalami perubahan ?
Jawaban
TEORI ANGSA TERBANG ( FLYING GEESE THEORY)
Teori
ini menggambarkan bahwa perkembangan perekonomian kawasan Asia Pasifik layaknya
seperti kawanan angsa dengan Jepang sebagai leadernya. Sedangkan, angsa-angsa
lain seperti; Cina, Korsel, Taiwan, dan negara-negara Asia Tenggara berfungsi
penyedia tempat bagi industri padat karya Jepang yang sangat tergantung pada
teknologi Jepang. Kawasan Asia Tenggara berada pada posisi yang paling belakang
dari formasi ini, namun demikian setiap angsa akan mengepakkan sayapnya guna
memberikan "daya dukung". Dengan kata lain, angsa yang terbang di
belakangnya tidak perlu bersusah-payah untuk menembus 'dinding udara' yang ada
di depannya.
Model
pertumbuhan ekonomi angsa terbang di Asia Pasifik yang di dalamnya dapat kita
lihat formasi sektor-sektor industri, dimana
Jepang sebagai pemimpin dalam formasi angsa terbang ini “menarik maju”
sesama negara kawasan Asia Pasifik, utamanya negara industri baru (NIEs) dan
ASEAN. Kibasan sayap Jepang dan NIES secara aeoridinamis menarik kawanan
angsa di kawasan Asia Pasifik lainnya, sehingga laju pertumbuhan ekonominya pun
mengikuti sang pemimpin dalam formasi victory. Terbukti bahwa ekonomi negara
industri baru di Asia Pasifik tumbuh secara akseleratif, sebagai contoh Taiwan,
Korea, dan Singapura. Percepatan laju pertumbuhan ekonomi kawasan ini menarik
negara-negara di kawasan Asia Tenggara, sehingga Malysia, Thailand, Filipina,
dan juga Indonesia. Karena terjadi
percepatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bangsa-bangsa Asia Pasifik, di
mana sumber daya alam, budaya, agama, dan warisan sejarah saling memberikan
kontribusi yang nyata dengan Jepang sebagai yang terdepan.
Paradigma
Angsa Terbang” (Flying Geese Paradigm), yang intinya mendorong negara-negara
Asia harus segera mengejar ketertinggalan dari bangsa Barat, dapat membentuk
barisan seperti angsa terbang agar industri manufaktur primer dapat terus dialihkan
dari negara makmur di Asia ke negara-negara berkembang di Asia, kemudian
seluruh Asia menjadi satu kesatuan seperti sekelompok angsa yang terbang membentuk
formasi untuk maju bersama, mengejar ketertinggalan dari bangsa Barat.
Angsa-angsa yang berada di depan selalu diikuti angsa-angsa lain kemanapun ia
pergi. Ia menjadi navigator. Tetapi dalam perjalanannya ternyata tak banyak
angsa yang bisa terus berada di depan. Ia bisa goyah dan gundah sehingga
kedudukannya diganti yang lain.
POSISI
CINA SAAT INI
Sejak
terjadinya krisis keuangan di Asia pada tahun 1997, kepemimpinan Jepang mulai
menurun. Krisis ekonomi dalam negeri Jepang yang berkepanjangan telah
menghambat kemampuan Jepang untuk memainkan peranan pemimpin pergerakan ekonomi
di kawasan secara maksimal. Para ahli percaya bahwa Jepang harus memecahkan
masalah-masalah ekonominya dengan mengimplementasikan stimulus ekonomi,
mereformasi sistem perbankan dan finansial, serta melaksanakan reformasi
institusional, namun Jepang menentang tekanan untuk mereformasi dan merangsang
perekonomian Jepang yang stagnan dengan alasan keamanan sosial. Investasi di AS
juga kian tidak efisien, seiring dengan mahalnya upah tenaga kerja. Karena itu,
banyak industri yang direlokasi ke Asia yang kaya penduduk dan sumber daya
alam. Realitasnya, Amerika Serikat (AS) justru kian bergantung pada Cina,
dimana defesit anggaran AS tahun 2009 melampaui 8,1 trilliun dollar AS dengan
utang kumulatif mendekati 12 trilliun dollar AS. Memasuki tahun 2012, terdapat
fenomena yang sangat menarik mengenai perkembangan teori angsa terbang. Dimana,
Cina akan mengeser posisi Jepang sebagai pemimpinnya.
Kebangkitan
ekonomi Cina dalam dasa warsa terakhir menjadikannya sebagai negara yang akan
mengambil alih posisi Jepang. Tanda-tanda ke arah tersebut sudah terlihat
jelas, dimana Cina telah menjadi salah satu negara industri terbesar di dunia
dengan menyedot ketersediaan sumber daya alam dan manusia. Produknya telah
membanjiri pasar-pasar di berbagai belahan dunia. Demikian pula, kemajuan iptek
Cina mengalami lompatan yang sangat signifikan. Pencapaian secara ekonomi tentu
akan berhubungan dengan posisi politik Cina di forum internasional. Semula,
investasi di Cina hanya dikenal untuk produk-produk seperti pakaian jadi dan
mainan anak-anak. Namun, mereka merambah produk-produk yang canggih, seperti
barang-barang elektronik. Investasi asing di Cina tumbuh amat kencang. Pada
tahun 2001, tercatat rekor 47 milyar dollar AS. Hingga Agustus 2002, sudah
masuk persetujuan 35 milyar dollar AS. Tingginya angka investasi asing ini
konsisten dengan pesatnya pertumbuhan ekspor. Pada tahun 2000, ekspor Cina
mencapai 250 milyar dollar, tahun 2001 naik menjadi 265 milyar dollar, dan
sampai Agustus 2002 ekspor mereka sudah 200 milyar dollar AS. Kini Cina juga
telah menjelma menjadi negara produsen barang-barang industri terbesar keempat
di dunia, yang hanya kalah dari AS, Jepang, dan Jerman. Oleh karena itu, Cina
sangat diperhitungkan sebagai kekuatan ekonomi politik global dengan cadangan
devisa 2, 85 triliun dollar AS pada tahun 2011. Pendapatan per kapita Cina
sekarang sudah mencapai US$ 1.740 dengan pertumbuhan di atas 9 persen per tahun
sejak 1978. Bahkan, Cina sudah mampu melampaui Perancis, Jerman dan Inggris
sebagai negara dengan ekonomi yang maju. Sekarang, Cina merupakan kekuatan
ekonomi yang luar biasa; menjadi pusat industri manufaktur dunia, penyedia dana
paling terkemuka, investor utama dari Afrika sampai Amerika Latin,
serta menjadi pusat sumber riset dan pengembangan berbagai industri yang
mempunyai pengaruh ekonomi secara luas. Diperkirakan dalam 10 - 15 tahun
mendatang, Cina akan mampu melampaui Jepang sebagai negara ekonomi terkuat di
dunia, berdasarkan pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat di atas
negara-negara maju lainnya. Sementara itu, dengan pesatnya kemajuan dan tingkat
pertumbuhan ekonominya yang fenomenal, Cina mulai memosisikan diri sebagai
"pemimpin" perkembangan ekonomi di kawasan. Negara ini telah menjadi
negara pengekspor ke-4 terbesar di dunia dan menyerap hampir sepertiga dari
total investasi asing yang ditujukan ke negara-negara berkembang.
KESIMPULAN
Krisis
yang baru-baru saja terjadi di Amerika Serikat kembali menegaskan bahwa dunia
sedang mencari keseimbangan baru sebagaimana dalam teori ekonomi bahwa faktor
ekonomi akan terus bergerak mencari titik ekuilibrium. Saat ini ekonomi dunia
memang masih di dominasi Amerika
Serikat, penggunaan mata uang US dolar dalam transaksi perdagangan dunia masih
mengukuhkannya sebagai barometer ekonomi dunia.
Sementara Amerika Serikat akan melanjutkan kebijakannya di Asia Pasifik
yang dikenal sebagai "pivot" --penyeimbangan kembali dengan
meningkatkan kehadiran militer di kawasan-- meskipun anggaran pertahanan negara
tersebut berkurang akibat krisis ekonomi. Penyeimbangan kembali wilayah Asia
Pasifik adalah respon Amerika Serikat terhadap kebangkitan ekonomi
negara-negara Asia. Pertumbuhan ekonomi tinggi yang diraih Cina, India, Korea
Selatan, Jepang dan juga negara Asia Tenggara telah mengubah konstelasi
kekuatan dunia.
Dunia
juga sedang mencari leader baru dalam formasi flying geese. Bisa
saja Cina sebagai kekuatan ekonomi baru dunia atau Jepang yang telah lama
“mengincar” posisi tersebut. Jepang dan Cina yang kini sedang menghadapi
“kembalinya” kepemimpinan Amerika Serikat dengan energy murah (khususnya shale
gas, yang di fraktur dari batu-batu di perut bumi, dan biayanya hanya
seperempat dari gas-gas alam asal Qatar atau Indonesia).
Hanya
saja Jepang tidak bisa lepas dari pengaruh krisis ini, karena Amerika menduduki
peringkat pertama sebagai “mitra” dagang Jepang. Prestasi Jepang dalam
perekonomian memang tak dapat dianggap enteng pada tahun 2005 saja menjadi
Negara dengan standar hidup tertinggi kedua di dunia setelah Amerika, dengan
GDP USD 25.800, sementara Amerika USD 35.200.
Kebangkitan
Cina dalam dasa warsa terakhir menjadikan Negara ini bisa saja mengambil alih
posisi Jepang. Tanda-tanda kearah sana sudah jelas. Saat ini Cina merupakan
salah satu Negara industri terbesar di dunia dengan menyedot ketersediaan
sumber daya alam dan manusia. Produknya telah membanjiri pasar-pasar di
Negara-negara kawasan Asia Pasifik. Kemajuan iptek Cina telah mengalami
lompatan yang sangat signifikan. Tetapi Cina masih memiliki risiko melamban,
terutama jika program reformasi pemerintahan baru tidak berjalan sesuai
rencana, yang akan memberikan tekanan terhadap negara-negara lain di kawasan
Asia Pasifik.