PENGARUH
PENDUDUK DENGAN KEBIJAKAN
POLITIK DI SEBUAH NEGARA
LATAR BELAKANG
Bangsa yang besar dan kuat di era globalisasi bukan karena bangsa tersebut memiliki
jumlah penduduk yang besar atau banyak dengan daya saing dan produktifitas
rendah, melainkan bangsa yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi. Terutama dalam percaturan dunia,
seperti pada bidang ekonomi, politik dan pengembangan teknologi, mulai dari
hilir hingga hulu.
Sejarah
membuktikan, tidak ada satu pun bangsa atau negara di dunia ini yang maju,
modern dan rakyatnya sejahtera karena bangsa itu memiliki kekayaan alam yang
berlimpah. Semua bangsa atau negara yang maju, sejahtera dan modern sejak dulu,
sekarang ini, dan yang akan datang adalah karena mereka memiliki SDM yang
unggul, berkualitas dan berdaya saing tinggi. Dengan begitu akan mampu
melakukan inovasi secara kreatif dan cerdas dalam mengelola sumber daya alam
(SDA) yang bernilai tinggi bahkan mampu menciptakan sumber daya buatan (SDB)
dengan nilai tambah (added value) yang sangat tinggi.
Pertambahan
nilai pada SDA dan SDB yang optimal akan mampu mereduksi bahkan menghilangkan
eksploitasi SDA seperti yang banyak terjadi khususnya pada negera-negara berkembang. Ini berarti bahwa ditangan
SDM yang berkualitas tinggi dengan daya saing tinggi maka pengelolaan dan
pemanfaatan SDA akan sustainable (berkelanjutan), kerusakan lingkungan dapat
diminimalisasi, dan kesejahteraan rakyat suatu bangsa akan tercapai. Dengan
demikian, pengembangan SDM bagi suatu negara adalah suatu keniscayaan atau
keharusan. Sebab pengembangan SDM adalah investasi negara yang akan menentukan
kemajuan bangsa tersebut, kini dan dimasa depan. Pengembangan
itu dilakukan melalui kebijakan-kebijakan politik dalam sebuah negara.
PENGERTIAN PENDUDUK
PENGERTIAN DASAR
TENTANG KEPENDUDUKAN
Para ahli membedakan antara ilmu kependudukan(demografi) dengan studi-studi
tentang kependudukan (population studies). Demografi berasal dari
kata Yunani demos – penduduk dan Grafien – tulisan atau dapat diartikan tulisan
tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan
komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut berubah dari
waktu ke waktu. Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan yang
bersifat kualitatif. Demografi
yang bersifat kuantitatif (kadang-kadang disebut Formal Demography – Demography
Formal) lebih banyak menggunakan hitungan-hitungan statistik dan matematik.
Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak menerangkan aspek-aspek
kependudukan secara deskriptif analitik. Sedangkan
studi-studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena
dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di
sekitarnya.
TUJUAN DAN KEGUNAAN ILMU KEPENDUDUKAN
Dalam mempelajari
demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu kita perhatikan, cacah
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Sedangkan dua faktor
penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan tingkat perkawinan.
Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian digunakan sebagai
variabel (perubah) yang dapat menerangkan hal ihwal tentang jumlah dan
distribusi penduduk pada tempat tertentu, tentang pertumbuhan masa lampau dan
persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan penduduk dengan berbagai
variabel (perubah) sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan penduduk di masa
mendatang dan berbagai kemungkinan akibat-akibatnya. Berbagai macam informasi tentang
kependudukan sangat berguna bagi berbagai pihak di dalam masyarakat. Bagi pemerintah informasi tentang
kependudukan sangat membantu di dalam menyusun perencanaan baik untuk
pendidikan, perpajakan, kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau
bidang-bidang lainnya. Bagi sektor swasta informasi tentang kependudukan juga
tidak kalah pentingnya. Para pengusaha industri dapat menggunakan informasi tentang
kependudukan untuk perencanaan produksi dan pemasaran.
TEORI KEPENDUDUKAN
1. Teori Sosial
2. Teori Natural
3. Teori Transisi Demografi
TEORI SOSIAL
1. ROBERT MALTHUS (pesimistis)
An Essay on Population :
Penduduk berkembang menurut deret ukur (1, 2, 4, 8,
…), sedangkan bahan pangan berkembang
menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, …).
Kelemahan :
•Tidak memperhitungkan kemajuan
transportasi
•Tidak memperhitungkan kemajuan
bidang teknologi (terutama pertanian)
•Tidak memperhitungkan usaha
pembatasan kelahiran.
2. ARSENE DUMONT (kapilaritas sosial)
Dimana manusia selalu ingin meningkatkan status status sosialnya. Semakin
tinggi status sosialnya, semakin enggan memproduksi anak dan makin lepas dari
lingkungan natural dan keluarganya.
TEORI NATURAL
1. RAYMOND S. PEARL (*Sudut pandang naturalistik )
Arah
pertumbuhan penduduk mengikuti kurva normal, akibat pengaruh kepadatan penduduk
di ruang hidup. Semakin tinggi kepadatan penduduk, maka tingkat fertilitas
berkurang. Jika ada perubahan, misalnya sistem ekonomi berubah, maka akan
terbentuk kurva normal yang baru.
2. CORRADO GINI (*sudut pandang
statistik biologi)
Pertumbuhan penduduk mengikuti kurva parabola matematik.
Mula-mula pertumbuhan cepat, mencapai
kedewasaan, kemudian tua dan menurun jumlahnya berdasarkan kondisi sel-sel
tubuh manusia. Turunnya daya reproduksi karena kelelahan psikologis akibat
persaingan dalam masyarakat.
3. MICHAEL T.SADLER dan THOMAS DOUBLEDAY (*sudut pandang fisiologis )
Sadler
mengemukakan, bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang
ada di suatu wilyah atau negara. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya
reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah,
daya reproduksi manusia akan menungkat.
Teori
Doubleday hamper sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau
Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan
tingkat kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi
penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan
kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Jika suatu jenis
makhluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan diri dengan segala daya yang
mereka miliki. Mereka akan mengimbanginya dengan daya reproduksi yang lebih
besar (Iskandar, 1980). Menurut
Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagi daya reproduksi
manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor pengekang
perkembangan penduduk. Dalam golongan masyarakat yang berpendapatan rendah,
seringkali terdiri dari penduduk dengan keluarga besar, sebaliknya orang yang
mempunyai kedudukan yang lebih baik biasanya jumlah keluarganya kecil.
TEORI TRANSISI DEMOGRAFI
TEORI TRANSISI DEMOGRAFI
Teori ini menggambarkan
empat proporsi yang saling berhubungan yang dinyatakan menurut tahap-tahap
sesuai dengan pertumbuhan dan berubahnya keadaan penduduk.
Tahap 1 : Jika Angka kematian tinggi
sebanding dengan angka kelahiran, menghasilkan angka pertumbuhan nol (zero)
Tahap 2 : Jika Angka kematian menurun tidak disertai dengan penurunan angka kelahiran, maka akan menghasilkan angka pertumbuhan yang positif dan meningkat terus
Tahap 3 : Jika Angka kematian terus menerus dan disertai dengan menurunnya angka kelahiran, maka akan menghasilkan pertumbuhan yang positif akan tetapi menurun.
Tahap 4 : Jika Angka kematian dan angka kelahiran juga rendah, maka hasilnya adalah pertumbuhan yang semakin berkurang yang pada akhir akan mencapai nol (zero)
Tahap 2 : Jika Angka kematian menurun tidak disertai dengan penurunan angka kelahiran, maka akan menghasilkan angka pertumbuhan yang positif dan meningkat terus
Tahap 3 : Jika Angka kematian terus menerus dan disertai dengan menurunnya angka kelahiran, maka akan menghasilkan pertumbuhan yang positif akan tetapi menurun.
Tahap 4 : Jika Angka kematian dan angka kelahiran juga rendah, maka hasilnya adalah pertumbuhan yang semakin berkurang yang pada akhir akan mencapai nol (zero)
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Pertumbuhan penduduk di dunia
selalu menunjukkan angka yang positif. Artinya tingkat penduduk yang lahir
(natalitas) lebih banyak daripada angka penduduk yang mati (mortalitas) dan
juga jumlah penduduk dalam tingkat migrasi lebih mengarah pada angka dimana
penduduk pendatang
lebih banyak dari pada penduduk yang pergi terutama didaerah perkotaan.
Pertumbuhan yang sangat besar ini menjadikan momok tersendiri bagi masyarakat
penghuni dunia dengan segala resiko dari segi perekonomian maupun wilayah yang
masih tersedia di bumi. Terlebih dengan meningkatnya layanan kesehatan dan
perkembangan teknologi di bidang kesehatan maupun layanan masyarakat saat ini,
menjadikan salah satu indicator menurunnya tingkat kematian (mortalitas) jika
dibandingkan dengan beberapa decade silam, terutama saat-saat setelah perang
dingin.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi menuntut daya produksi yang tinggi
dalam rangka untuk menanggulangi atau memenuhi hajat hidup masyarakat tersebut.
Banyak negara-negara di dunia yang tergerus oleh inflasi maupun kemiskinan
jangka panjang dikarenakan tidak sesuai dengan pertumbuhan penduduk yang
terjadi di negara tersebut
Contohnya
di bidang ekonomi Indonesia, kemiskinan dan krisis moneter tidak bisa
dielakkan lagi dengan salah satu penyebabnya adalah tidak seimbangnya tingkat
produksi dengan tingkat pertumbuhan penduduknya.
Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia pada periode 1980-1990
mencapai angka 1,98 % dan pada periode 1990-2000 mencapai 1,49 %. Angka ini
menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran negara-negara dengan kepadatan
penduduk yang relative besar. Pada tahun 2000 saja Indonesia sudah memiliki
penduduk sebesar 206.264.595 jiwa. Namun, dengan jumlah penduduk Indonesia yang
besar tersebut, perekonomian Indonesia masih tergolong lambat pertumbuhannya.
Dengan artian negara ini masih dalam lembah kemiskinan atau belum bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.
Fenomena diatas berbeda dengan Cina yang juga berkependudukan tinggi.
Namun, tidak bernasib sama seperti
Indonesia. Pertumbuhan perekonomian Cina relative besar, terbukti tahun antara
tahun 1980 sampai 2005, perekonomian Cina tumbuh hingga angka 10% dan pada
tahun 2009 mencapai 8,9%. Angka ini merupakan angka yang lebih besar dari
prediksi para ahli ekonomi negara tersebut. Perkembangan perekonomian Cina
terus membaik semenjak periode 1980-an. Padahal di awal tahun 1990-an, penduduk keturunan Cina bertambah 1% di
Filipina, di Indonesia menigkat sebesar 2-3 %, di Thailand mencapai 10% dari
total penduduk Thailand, dan di Malaysia hingga sepertiga dari total penduduk
Malaysia.
Dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 miliar jiwa, Cina berhasil menjadi
salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia. Bahkan,
dipercaya akan memimpin kekuatan perekonomian dunia bersama Korea dan Jepang
menggusur dominasi Amerika serikat sebagai negara super power saat ini. Sukses
negara berjuluk ‘Tirai Bambu’ ini tidak lepas dari banyaknya penduduk yang
dimiliki ditambah lagi dengan keturunan penduduk Cina yang tersebar di selruh
negara-negara belahan dunia.
PENDUDUK MEMPENGARUHI KEBIJAKAN POLITIK SEBUAH NEGARA
Penduduk mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan sebuah negara. Penduduk adalah objek sekaligus subjek dari
pembangunan dalam sebuah negara. Penduduk sebagai objek pembangunan artinya
bahwa tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai subjek pembangunan, penduduk sebagai pelaku yang akan melaksanakan
pembangunan. Secanggih apapun teknologi yang digunakan, sebesar apapun modal
fisik yang tersedia, jika penduduk tidak mempunyai nilai lebih dalam melaksanakan
pembangunan (tidak berkualitas), maka dapat dikatakan bahwa negara tersebuat sult untuk maju.
Jadi peduduk di sini sebagai salah satu modal yang terpenting dalam membangun sebuah negara. Dimana
setiap individu seharusnya mempunyai pengetahuan,
pengalaman, ketrampilan dan kemampuan inovasi.
Dalam hal ini negara/pemerintah dapat mengembangkan SDM melalui berbagai macam cara, seperti pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan sebagainya. Tanpa mengabaikan fungsi yang lainnya maka
pendidikan dan penguasaan teknologi adalah prasarat utama dalam menghadapi era yang semakin canggih. Saat ini telah
diakui bahwa pengembangan sumber daya manusia (SDM) suatu negara adalah unsur
pokok bagi kemakmuran dan pertumbuhan serta untuk penggunaan yang efektif atas
sumber daya modal fisiknya. Investasi dalam bentuk modal manusia (human
capital) adalah komponen integral dari semua upaya pembangunan.
STUDI
KASUS : REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC)
PROFIL NEGARA REPUBLIK RAKYAT CINA
Republik
Rakyat Cina merupakan sebuah negara
yang berfaham komunis, terletak di Asia Timur yang beribu kota di Beijing dengan kota besar yang
terkenal, Shanghai. Negara ini adalah negara dengan kapasitas penduduk terpadat
di dunia. Sensus penduduk pada tahun 2000 sekitar 1.242.612.226 jiwa dan
diperkirakan pada tahun 2010 sebesar
1.338.612.968 jiwa. RRC merupakan salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Peradaban Cina kuno merupakan salah
satu peradaban termasyhur di tanah Asia. Dalam sejarah, kawasan Cina kuno ini
meliputi wilayah “Zona Tionghoa” yang terdiri dari Korea, Vietnam, pulau Liu
Chin. Sekarang kawasan-kawasan ini menjadi negara-negara yang bebas terbentang
dari negara RRC, Korea ( Utara dan Selatan), Hongkong, Singapura dan Taiwan.
Negara-negara bekas kawasan Cina kuno ini telah bermetamorfosa menjadi
negara-negara adidaya kawasan Asia, menemani negara tetangga Jepang.
Jepang sendiri pada masa kuno menguasai kawasan “ Zona Asia Dalam” yang
meliputi non-Cina, Manchu, Mongol, Uighur, Turki, dan Tibet.
PENDUDUK CINA
Kuantitas
Penduduk
1. Pertumbuhan penduduk negara ini adalah 0,8% setiap tahun.
2. Sebagaian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan.
1. Pertumbuhan penduduk negara ini adalah 0,8% setiap tahun.
2. Sebagaian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan.
Kualitas
Penduduk
1. Pendidikan penduduknya sebagian besar sudah tamat SLTA.
2. Angka harapan hidup penduduknya adalah 71 tahun
3. Penduduknya mempunyai pendapatan perkapita US$ 3. 950.
1. Pendidikan penduduknya sebagian besar sudah tamat SLTA.
2. Angka harapan hidup penduduknya adalah 71 tahun
3. Penduduknya mempunyai pendapatan perkapita US$ 3. 950.
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN CINA TERKAIT MASALAH KEPENDUDUKAN.
Pemerintah
Cina telah menggunakan beberapa metode untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk. Pada tahun 1979, Cina memulai "satu anak per kebijakan
keluarga" (Juali Li 563). Kebijakan ini menyatakan bahwa warga negara
harus mendapatkan akte kelahiran sebelum kelahiran anak mereka. Warga akan
ditawarkan manfaat khusus jika mereka sepakat untuk hanya memiliki satu anak.
Warga negara yang memang memiliki lebih dari satu anak baik akan dikenakan
pajak jumlah yang sampai lima puluh persen dari pendapatan mereka, atau dihukum
oleh kehilangan pekerjaan atau manfaat lainnya (Hilali 10). Selain itu,
kehamilan yang tidak direncanakan atau kehamilan tanpa otorisasi yang tepat
akan perlu dihentikan (Hilali 9). Pada tahun 1980, sistem kuota kelahiran
didirikan untuk memantau pertumbuhan penduduk (Jiali Li 563). Di bawah sistem
ini, pemerintah menetapkan tujuan target untuk setiap wilayah. Pejabat lokal
terutama bertanggung jawab untuk memastikan bahwa populasi total pertumbuhan
tidak melebihi target sasaran. Jika target sasaran tidak dipenuhi, para pejabat
lokal dihukum oleh hukum atau oleh hilangnya hak istimewa.
Metode
pengendalian lainnya populasi. Metode lain yang telah digunakan oleh pemerintah China
untuk membatasi total populasi meningkat termasuk program pengendalian
kelahiran dan perubahan ekonomi. Dalam s '80 an, tujuan sterilisasi sasaran
yang ditetapkan dan dibuat wajib bagi orang yang memiliki dua anak (Hilali 19).
Pada puncaknya pada tahun 1983, ligations tuba, vasektomi, dan aborsi sebesar
tiga puluh lima persen dari metode pengendalian kelahiran total (Hilali 20).
Selain itu, perekonomian berubah dari terutama salah satu dari pertanian ke
industri (Hilali 22). Pemerintah menggunakan ini untuk keuntungan; menyebarkan
pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi akan menghambat pertumbuhan populasi
(Hilali 22).
Masalah yang
terkait dengan kebijakan kependudukan. Ada banyak masalah yang terkait dengan kebijakan dan
program yang ditetapkan oleh pejabat China. Pertama-tama, program ini telah
sulit untuk menerapkan dan memiliki sedikit kesuksesan. Pejabat lokal yang
bertanggung jawab atas total pertumbuhan, telah memalsukan laporan untuk
menghindari hukuman (Zeng Yi 29). Akibatnya, hal ini menyebabkan tidak
dilaporkan jumlah kelahiran sebanyak dua puluh tujuh persen pada tahun 1992
(Zeng Yi 32). Selain itu, sesuai dengan sistem kuota kelahiran masih rendah.
Dari 14.808 bayi lahir antara 1980-1988, hanya sekitar setengah telah dengan
izin kelahiran hukum (Jiali Li 567). Dari mereka lahir dengan izin, delapan
puluh delapan persen adalah anak pertama lahir dalam keluarga (Jiali Li 567).
Selanjutnya, dari anak kedua lahir, hanya sebelas persen telah disetujui (Jiali
Li 568). Terakhir, orang-orang dari masyarakat pedesaan, yang bergantung pada
memiliki keluarga yang lebih besar untuk membantu dengan peternakan, telah
berhasil menemukan cara sekitar sistem kelahiran-kuota (Hilali 13).
Konsekuensi
sosial dan politik.
Pemerintah Cina juga harus berurusan dengan pergolakan politik dan sosial
sebagai akibat dari kebijakan yang ketat. Amerika Serikat, serta banyak negara
lain, secara terbuka telah menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan para
pemimpin Cina untuk kebijakan sterilisasi mereka (Hilali 20). Selain itu, warga
China telah membalas dengan aksi kekerasan terkait dengan kebijakan satu anak
(Hilali 25). Akhirnya, preferensi budaya untuk anak-anak telah menyebabkan
sejumlah besar insiden pembunuhan bayi perempuan (Hilali 21). Akibatnya,
pemerintah Cina telah memiliki untuk bersantai kebijakan untuk memasukkan
"putri-hanya-rumah tangga" kebijakan, yang memungkinkan pasangan
pedesaan memiliki anak perempuan pertama yang diizinkan untuk memiliki anak
kedua (Jiali Li 569).
Manfaat
sosial dan ekonomi. Selama lima puluh tahun terakhir,. Cina telah
meningkatkan standar hidup dengan menjaga tingkat pertumbuhan turun. Akses ke
sumber daya alam telah meningkat secara dramatis sejak tahun 1980. Menurut
Komisi Negara Keluarga Berencana, cakupan dalam air keran telah meningkat 80-4
persen menjadi sembilan puluh empat persen dalam lima belas tahun terakhir.
Selain itu, cakupan gas alam telah meningkat dari enam belas persen menjadi
tujuh puluh tiga persen. Selain itu, cakupan medis telah diperluas untuk
mencakup kelahiran dan asuransi kompensasi pekerja bagi para ibu yang mengikuti
kelahiran Cina kebijakan (SFPC). Pada tahun 1998, sembilan belas persen
penduduk Cina menggunakan kebijakan ini. Manfaat lainnya peningkatan harapan
hidup rata-rata dari tiga puluh lima tahun pada tahun 1949 untuk tujuh puluh
tahun pada tahun 1996, dan menurunkan angka kematian bayi dari dua ratus per
1000-33 per seribu (SFPC).
Hasil masa
depan. Reformasi
serius yang diperlukan untuk memastikan bahwa penduduk China tidak akan terus
tumbuh. Kebijakan yang lebih baik, pendidikan lebih, dan urbanisasi dapat
membantu China untuk mencapai tujuan populasi target. Sejak tahun 1980, Cina
telah menyadari pentingnya kolaborasi antar lembaga, dan itu telah membentuk
Kependudukan dan Informasi Research Center (SFPC). Lembaga ini, bersama dengan
orang lain, bertugas mengumpulkan informasi tentang total populasi dan membantu
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan (SFPC). Proyeksi pertumbuhan penduduk
Cina diperkirakan sekitar 1,5 miliar pada tahun 2025 (PRB 7). Angka-angka ini
akan terus meningkat, dan beban sosial dan ekonomi akan terus wabah semua orang
yang tinggal di Cina.
KEMAJUAN CINA
Jika dilihat dari sudut
perekonomian dan tatanan kenegaraan, Cina telah melewati tiga fase panjang
dalam sejarah perekonomian maupun kenegaraannya setelah bangsa ini berubah
menjadi negara reformasi. Pertama berkisar pada tahun 1946-1976, merupakan era
Mao Zedong. Negara Cina pada masa kepemerintahan Mao cenderung tetutup dari politik
luar negeri maupun perekonomian luar negeri. Segala kebijakan yang berkenaan
dengan politik, budaya, maupun pendidikan hanya diputuskan di pusat
pemerintahan, yakni di Beijing dan dilandaskan pada ajaran Mao (Maoisme). Atas
ketertutupan inilah maka Cina dijuluki sebagai “Negara Tirai Bambu”.
Fase kedua yang berkisar pada tahun
1978-2008 merupakan fase kepemimpnan Deng Xioping. Pada masa kepemimpinannya
negara Cina cenderung terbuka baik dalam perekonomian maupun dalam berpolitik
di kancah domestic maupun internasional. Deng Xiaoping merupakan pemimpin yang
sangat dikagumi rakyat dalam kepemimpinannya. Kepandaiannya dalam berpolitik
dan berdiplomasi sangat hebat. Seorang negarawan Malaysia, DR. Mahathir
Muhammad dalam A Globalization With Commen Development (Oktober 2001)
mengatakan “Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa salah satu pria terhebat abada
ke-20 adalah Deng Xiaoping, bapak dari empat modernisasi Cina. Petuah-petuahnya
harus selalu ada dibenak kita bila berbicara tentang isu-isu besar dunia,
bahkan untuk selamanya”.
Dari statement DR. Mahathir telah
digambarkan betapa besarnya sosok pemimpin Deng Xiaoping dimata kawan maupun
lawan berpolitiknya. Pemimpin Cina yang satu ini juga memberikan
andil yang
besar atas kebijakan-kebijakan yang diambil oleh keputusan pemerintah pusat.
Dalam perekonomian misalnya, Deng berani mengambil suatu kebijakan yang
krusial, yakni sedikit melenceng dari rambu-rambu faham sosialis. Deng berkata
dalam pidato kenegaraannya “Tidak penting seekor kucing itu berwarna hitam
maupun putih, yang penting adalah seekor kucing bisa menangkap tikus”.
Ucapan Deng tersebut ditujukan
untuk menanggapi kritikan negara-negara sosialis yang tidak mengakui
kepemilikan maupun kekayaan individu, meliputi negara-negara bekas Uni Soviet.
Pada awalnya, Cina merupakan negara yang berfaham sosialis dalam tatanan
perekonomian mereka, namun Deng memerintahkan orang-orang pemerintahan
dibawahnya untuk mengambil beberapa kebijakan yang baik dan bisa mendatangkan keuntungan
bagi negaranya, walaupun harus bertentangan dengan kebijakan kaum sosialis pada
umumnya. Namun Cina masih mengklaim dirinya sebagai negara sosialis dan
kebijakan perekonomian yang diambil juga mayoritas mencerminka kesosialismenya.
Selain kebijakan dibidang
perekonomian, Deng juga mengambil kebijakan didalam menanggulangi masalah over-population. Deng menerapkan
kebijakan satu anak bagi setiap keluarga di Cina. Kebijakan yang kemudian
dijadikan sebagai peraturan negara, diambil atas dasar kekhawatiran
pemerintahan terhadap meledaknya jumlah penduduk di Cina. Akan tetapi kebijakan
ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan pemerintah. Peraturan satu anak
hanya berjalan di pusat-pusat perkotaan, sementara di desa dan daerah-daerh pelosok masih belum bisa dilaksaakan oleh
masyarakat. Mengingat pada waktu itu pedesaaan cenderung membutuhkan anak
laki-laki untuk menggarap tanah yang warga miliki.
Kepemerintahan Deng juga membuat
revolusi dibidang pendidikan. Pada awal mula dia memerintah Republik Rakyat
Cina, Deng sangat memperhatikan pendidikan di negaranya. Deng berkata dalam
pidato di depan masyarakat Cina (1978) : “Bila Cina ingin memodernisasi
perindustrian, pertanian, dan pertahanan, maka yang harus dimodernisasikan dulu
adalah sains dan teknologi serta menjadikannya kekuatan produktif”.
Fase ketiga adalah masa-masa
generasi penerus, pada tahun 1992-2003 Cina diperintah oleh Jiang Zemin/ Zhu
Rongji dan diteruskan lagi oleh duet Hu Jianto/ Wen Jiabo sejak tahun 2003-
sekarang. Hu/ Wen tetap menjalankan landasan-landasan dan juga cita-cita yang
dirintis oleh Deng Xioping. Kebijakan-kebijakan yang diambil Hu/Wen
mencerminkan betapa Deng sangat hidup di hati masyarakat Cina. Hu/Wen juga bisa
menghantarkan Cina hingga saat ini.
Keberhasilan Cina dalam
perekonomian sudah terbukti kredibilitasnya. Terbukti sejak tahun 1980 hingga
saat ini Cina masih terus tumbuh dengan rata-rata angka pertumbuhan
perekonomian yang hampir mencapai dua digit setiap tahunnya. Perindustrian Cina
telah melakukan terobosa-terobosan baru dalam memasuki pasar perindustrian.
Semua ini didukung oleh sumber daya manusia yang tinggi juga aliran dana yang
masuk dari kalangan investor baik investor domestic maupun luar negeri.
Besarnya FDI ( Foreign Direct
Investment) yang masuk ke negeri Cina menjadi salah satu factor pemicu berkembangnya perindustrian Cina yang
modern. Dengan kuatnya modal yang dimliki Cina, maka perindustrian akan
terbantu karena ada dana yang cukup besar untuk menggerakan sector produksi
Cina yang tentunya akan meningkatkan PDB (produk Domestik bruto) sehingga mampu
meningkatkan perekonomian.
Cina sangat pintar dalam menarik
investor asing untuk berinvestasi, tercatat pada awal Maret 2009 Cina mendapatkan kurang dari 100
juta dolar FDI yang berpengaruh 3,4% dari total keseluruhan PDB. [8] Mayoritas
dari FDI ini dating dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia,
Taiwan,Hongkog, maupun investor yang
notebennya adalah penduduk keturunan Cina yang tinggal dibelahan dunia.
Loyalitas para keturunan Cina terhadap negara asal nenek moyangnya memang tidak
diragukan lagi. Sebanyak 68,3% dari FDI berasal dari Hongkong, 9,3% berasal
dari Taiwan dan sisanya dari investor negara lain yang juga mayoritas merupakan
keturunan penduduk Cina yang berhasil di negara-negara lain.
Disinilah sebenarnya kekuatan Cina,
selain kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam urusan birokrasi yang
sangat mudah, terutama dalam urusan penarikan dana bantuan dari luar negeri,
solidaritas dari penduduk keturunan Cina yang tinggal di negara lain memiliki pengaruh yang signifikan dalam
menggapai cita-cita pemimpin
maupun rakyat Cina, yaitu mencapi kemakmuran perekonomian dan menjadi macan
Asia bersama Korea dan Jepang yang telah mendahului mereka sebelumnya.
KESIMPULAN
Suatu negara secara umum dikatakan “maju” apabila negara
tersebut dapat menunjukkan adanya tekhnologi dan industri yang baik, sebab secara umum juga
diakui bahwa negara yang maju dalam tekhnologi maupun industri akan dapat
bersaing denga negara lain yang kurang atau tidak maju tekhnologi maupun
industrinya secara positif.
Keunggulan dalam bidang
tekhnologi dan Industri ini adalah sejajar dengan adanya kemampuan untuk
menyerap ataupun untuk menemukan sesuatu yang baru yang dapat dipakai untuk
mempertinggi nilai hasil sumber daya alam yang ada sehingga akan mendapatkan
“nilai tambah” yang pada gilirannya akan menambah kesejahteraan negara entah itu
lewat kebijakna pajak ataupun lewat penjualan ataupun royalty yang dibayarkan oleh
pemakai jasa dan produksi yang telah diubah lewat tekhnologi dan industri yang
ada.
Adanya sumber daya manusia
yang memadai tidak akan berguna jika tidak diatur sedemikian rupa agar didapat
kemanfaatan yang besar bagi masyarakat dan negara secara keseluruhan, karena
ini adalah “hasil budaya” dalam khidupan manusia.
Sumber daya manusia apabila
diatur dengan baik akan dapat menentukan kemajuan suatu negara dan sumber daya
manusia yang ada adalah berkalitas atau dengan kata lain kualitas sumber daya
manusia menentukan kemajuan suatu negara, negara dalam hal ini adalah “payung”
tempat manusia diatur melalui kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan
kepribadian bangsa.
Contoh negara yang mampu
mengoptimalkan Sumber daya manusianya adalah Cina. Cina dengan jumlah penduduk
tertinggi mampu memanfaatkan Sumber daya manusia secara optimal. Hal tersebut
terlihat pada kemajuan Tekhnologi dan
Industri Cina. Hal ini menjadikan perekonomian Cina terus meningkat ke arah
yang positif.
0 comment:
Posting Komentar
give me a positive comment :)