PENGARUH PENDUDUK DENGAN KEBIJAKAN POLITIK DI SEBUAH NEGARA

| Minggu, 27 Oktober 2013
PENGARUH  PENDUDUK  DENGAN  KEBIJAKAN  POLITIK  DI SEBUAH  NEGARA

LATAR BELAKANG
          Bangsa yang besar dan kuat di era globalisasi bukan karena bangsa tersebut memiliki jumlah penduduk yang besar atau banyak dengan daya saing dan produktifitas rendah, melainkan bangsa yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas  dan berdaya saing tinggi. Terutama dalam percaturan dunia, seperti pada bidang ekonomi, politik dan pengembangan teknologi, mulai dari hilir hingga hulu.

Sejarah membuktikan, tidak ada satu pun bangsa atau negara di dunia ini yang maju, modern dan rakyatnya sejahtera karena bangsa itu memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Semua bangsa atau negara yang maju, sejahtera dan modern sejak dulu, sekarang ini, dan yang akan datang adalah karena mereka memiliki SDM yang unggul, berkualitas dan berdaya saing tinggi. Dengan begitu akan mampu melakukan inovasi secara kreatif dan cerdas dalam mengelola sumber daya alam (SDA) yang bernilai tinggi bahkan mampu menciptakan sumber daya buatan (SDB) dengan nilai tambah (added value) yang sangat tinggi.

Pertambahan nilai pada SDA dan SDB yang optimal akan mampu mereduksi bahkan menghilangkan eksploitasi SDA seperti yang banyak terjadi  khususnya pada negera-negara berkembang. Ini berarti bahwa ditangan SDM yang berkualitas tinggi dengan daya saing tinggi maka pengelolaan dan pemanfaatan SDA akan sustainable (berkelanjutan), kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi, dan kesejahteraan rakyat suatu bangsa akan tercapai. Dengan demikian, pengembangan SDM bagi suatu negara adalah suatu keniscayaan atau keharusan. Sebab pengembangan SDM adalah investasi negara yang akan menentukan kemajuan bangsa tersebut, kini dan dimasa depan. Pengembangan itu dilakukan melalui kebijakan-kebijakan politik dalam sebuah  negara.

PENGERTIAN PENDUDUK
PENGERTIAN DASAR TENTANG KEPENDUDUKAN
Para ahli membedakan antara ilmu kependudukan(demografi) dengan studi-studi tentang kependudukan (population studies). Demografi berasal dari kata Yunani demos – penduduk dan Grafien – tulisan atau dapat diartikan tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut berubah dari waktu ke waktu. Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan yang bersifat kualitatif. Demografi yang bersifat kuantitatif (kadang-kadang disebut Formal Demography – Demography Formal) lebih banyak menggunakan hitungan-hitungan statistik dan matematik. Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak menerangkan aspek-aspek kependudukan secara deskriptif analitik. Sedangkan studi-studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya.
TUJUAN DAN KEGUNAAN ILMU KEPENDUDUKAN
Dalam mempelajari demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu kita perhatikan, cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Sedangkan dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan tingkat perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian digunakan sebagai variabel (perubah) yang dapat menerangkan hal ihwal tentang jumlah dan distribusi penduduk pada tempat tertentu, tentang pertumbuhan masa lampau dan persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan penduduk dengan berbagai variabel (perubah) sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan penduduk di masa mendatang dan berbagai kemungkinan akibat-akibatnya. Berbagai macam informasi tentang kependudukan sangat berguna bagi berbagai pihak di dalam masyarakat. Bagi pemerintah informasi tentang kependudukan sangat membantu di dalam menyusun perencanaan baik untuk pendidikan, perpajakan, kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau bidang-bidang lainnya. Bagi sektor swasta informasi tentang kependudukan juga tidak kalah pentingnya. Para pengusaha industri dapat menggunakan informasi tentang kependudukan untuk perencanaan produksi dan pemasaran.
TEORI KEPENDUDUKAN
 1.   Teori Sosial
 2.   Teori Natural
 3.    Teori Transisi Demografi
TEORI SOSIAL
1. ROBERT MALTHUS   (pesimistis)
 An Essay on Population :
Penduduk berkembang menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, …),  sedangkan bahan pangan berkembang menurut deret hitung (1, 2, 3, 4,  …).
Kelemahan :
    •Tidak memperhitungkan kemajuan transportasi
    •Tidak memperhitungkan kemajuan bidang teknologi  (terutama pertanian)
    •Tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran.
2. ARSENE DUMONT (kapilaritas sosial)
Dimana manusia selalu ingin meningkatkan status status sosialnya. Semakin tinggi status sosialnya, semakin enggan memproduksi anak dan makin lepas dari lingkungan natural dan keluarganya.
TEORI NATURAL
1.    RAYMOND S. PEARL  (*Sudut pandang naturalistik )
          Arah pertumbuhan penduduk mengikuti kurva normal, akibat pengaruh kepadatan penduduk di ruang hidup. Semakin tinggi kepadatan penduduk, maka tingkat fertilitas berkurang. Jika ada perubahan, misalnya sistem ekonomi berubah, maka akan terbentuk kurva normal yang baru.
2. CORRADO GINI  (*sudut pandang statistik biologi)
Pertumbuhan penduduk mengikuti kurva parabola matematik. Mula-mula pertumbuhan  cepat, mencapai kedewasaan, kemudian tua dan menurun jumlahnya berdasarkan kondisi sel-sel tubuh manusia. Turunnya daya reproduksi karena kelelahan psikologis akibat persaingan dalam masyarakat.
3. MICHAEL T.SADLER dan THOMAS DOUBLEDAY  (*sudut pandang fisiologis )
Sadler mengemukakan, bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu wilyah atau negara. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan menungkat.
Teori Doubleday hamper sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan diri dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka akan mengimbanginya dengan daya reproduksi yang lebih besar (Iskandar, 1980). Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagi daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor pengekang perkembangan penduduk. Dalam golongan masyarakat yang berpendapatan rendah, seringkali terdiri dari penduduk dengan keluarga besar, sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih baik biasanya jumlah keluarganya kecil.

TEORI TRANSISI DEMOGRAFI
Teori ini menggambarkan empat proporsi yang saling berhubungan yang dinyatakan menurut tahap-tahap sesuai dengan pertumbuhan dan berubahnya keadaan penduduk.
Tahap 1 : Jika Angka kematian tinggi sebanding dengan angka kelahiran, menghasilkan angka pertumbuhan nol (zero)
Tahap 2 : Jika Angka kematian menurun tidak disertai dengan penurunan angka kelahiran, maka akan menghasilkan angka pertumbuhan yang positif dan meningkat terus
Tahap 3 : Jika Angka kematian terus menerus dan disertai dengan menurunnya angka kelahiran, maka akan menghasilkan pertumbuhan yang positif akan tetapi menurun.
Tahap 4 : Jika Angka kematian dan angka kelahiran juga rendah, maka hasilnya adalah pertumbuhan yang semakin berkurang yang pada akhir akan mencapai nol (zero)
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Pertumbuhan penduduk di dunia selalu menunjukkan angka yang positif. Artinya tingkat penduduk yang lahir (natalitas) lebih banyak daripada angka penduduk yang mati (mortalitas) dan juga jumlah penduduk dalam tingkat migrasi lebih mengarah pada angka dimana penduduk pendatang lebih banyak dari pada penduduk yang pergi terutama didaerah perkotaan. Pertumbuhan yang sangat besar ini menjadikan momok tersendiri bagi masyarakat penghuni dunia dengan segala resiko dari segi perekonomian maupun wilayah yang masih tersedia di bumi. Terlebih dengan meningkatnya layanan kesehatan dan perkembangan teknologi di bidang kesehatan maupun layanan masyarakat saat ini, menjadikan salah satu indicator menurunnya tingkat kematian (mortalitas) jika dibandingkan dengan beberapa decade silam, terutama saat-saat setelah perang dingin.
            Pertumbuhan penduduk yang tinggi menuntut daya produksi yang tinggi dalam rangka untuk menanggulangi atau memenuhi hajat hidup masyarakat tersebut. Banyak negara-negara di dunia yang tergerus oleh inflasi maupun kemiskinan jangka panjang dikarenakan tidak sesuai dengan pertumbuhan penduduk yang terjadi di negara tersebut
          Contohnya di bidang ekonomi Indonesia, kemiskinan dan krisis moneter tidak bisa dielakkan lagi dengan salah satu penyebabnya adalah tidak seimbangnya tingkat produksi dengan tingkat pertumbuhan penduduknya.
            Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia pada periode 1980-1990 mencapai angka 1,98 % dan pada periode 1990-2000 mencapai 1,49 %. Angka ini menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran negara-negara dengan kepadatan penduduk yang relative besar. Pada tahun 2000 saja Indonesia sudah memiliki penduduk sebesar 206.264.595 jiwa. Namun, dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar tersebut, perekonomian Indonesia masih tergolong lambat pertumbuhannya. Dengan artian negara ini masih dalam lembah kemiskinan atau belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.
            Fenomena diatas berbeda dengan Cina yang juga berkependudukan tinggi. Namun,  tidak bernasib sama seperti Indonesia. Pertumbuhan perekonomian Cina relative besar, terbukti tahun antara tahun 1980 sampai 2005, perekonomian Cina tumbuh hingga angka 10% dan pada tahun 2009 mencapai 8,9%. Angka ini merupakan angka yang lebih besar dari prediksi para ahli ekonomi negara tersebut. Perkembangan perekonomian Cina terus membaik semenjak periode 1980-an. Padahal di awal tahun 1990-an,  penduduk keturunan Cina bertambah 1% di Filipina, di Indonesia menigkat sebesar 2-3 %, di Thailand mencapai 10% dari total penduduk Thailand, dan di Malaysia hingga sepertiga dari total penduduk Malaysia.
            Dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 miliar jiwa, Cina berhasil menjadi salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia. Bahkan, dipercaya akan memimpin kekuatan perekonomian dunia bersama Korea dan Jepang menggusur dominasi Amerika serikat sebagai negara super power saat ini. Sukses negara berjuluk ‘Tirai Bambu’ ini tidak lepas dari banyaknya penduduk yang dimiliki ditambah lagi dengan keturunan penduduk Cina yang tersebar di selruh negara-negara belahan dunia.
PENDUDUK MEMPENGARUHI KEBIJAKAN POLITIK SEBUAH NEGARA
          Penduduk  mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan sebuah negara. Penduduk adalah objek sekaligus subjek dari pembangunan dalam sebuah negara.  Penduduk sebagai objek pembangunan artinya bahwa tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai subjek pembangunan, penduduk sebagai pelaku yang akan melaksanakan pembangunan. Secanggih apapun teknologi yang digunakan, sebesar apapun modal fisik yang tersedia, jika penduduk  tidak mempunyai nilai lebih  dalam melaksanakan pembangunan (tidak berkualitas), maka dapat dikatakan bahwa negara tersebuat sult untuk maju. Jadi peduduk  di sini sebagai salah satu modal yang terpenting dalam membangun sebuah negara. Dimana setiap individu seharusnya mempunyai  pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan kemampuan inovasi.
          Dalam hal ini negara/pemerintah dapat  mengembangkan SDM  melalui berbagai macam cara, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sebagainya. Tanpa mengabaikan fungsi yang lainnya maka pendidikan dan penguasaan teknologi adalah prasarat utama dalam menghadapi era yang semakin canggih. Saat ini telah diakui bahwa pengembangan sumber daya manusia (SDM) suatu negara adalah unsur pokok bagi kemakmuran dan pertumbuhan serta untuk penggunaan yang efektif atas sumber daya modal fisiknya. Investasi dalam bentuk modal manusia (human capital) adalah komponen integral dari semua upaya pembangunan.
          

STUDI KASUS :  REPUBLIK RAKYAT CINA (RRC)
PROFIL NEGARA REPUBLIK RAKYAT CINA
Republik Rakyat Cina  merupakan sebuah negara yang berfaham komunis, terletak di Asia Timur yang beribu kota di Beijing dengan kota besar yang terkenal, Shanghai. Negara ini adalah negara dengan kapasitas penduduk terpadat di dunia. Sensus penduduk pada tahun 2000 sekitar 1.242.612.226 jiwa dan diperkirakan pada tahun 2010  sebesar 1.338.612.968 jiwa. RRC merupakan salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
            Peradaban Cina kuno merupakan salah satu peradaban termasyhur di tanah Asia. Dalam sejarah, kawasan Cina kuno ini meliputi wilayah “Zona Tionghoa” yang terdiri dari Korea, Vietnam, pulau Liu Chin. Sekarang kawasan-kawasan ini menjadi negara-negara yang bebas terbentang dari negara RRC, Korea ( Utara dan Selatan), Hongkong, Singapura dan Taiwan. Negara-negara bekas kawasan Cina kuno ini telah bermetamorfosa menjadi negara-negara adidaya kawasan Asia, menemani negara tetangga Jepang.  Jepang sendiri pada masa kuno menguasai kawasan “ Zona Asia Dalam” yang meliputi non-Cina, Manchu, Mongol, Uighur, Turki, dan Tibet.
PENDUDUK CINA
Kuantitas Penduduk
1. Pertumbuhan penduduk negara ini adalah 0,8% setiap tahun.
2. Sebagaian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan.
Kualitas Penduduk
1. Pendidikan penduduknya sebagian besar sudah tamat SLTA.
2. Angka harapan hidup penduduknya adalah 71 tahun
3. Penduduknya mempunyai pendapatan perkapita US$ 3. 950.
         
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN  CINA TERKAIT MASALAH KEPENDUDUKAN.
Pemerintah Cina telah menggunakan beberapa metode untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1979, Cina memulai "satu anak per kebijakan keluarga" (Juali Li 563). Kebijakan ini menyatakan bahwa warga negara harus mendapatkan akte kelahiran sebelum kelahiran anak mereka. Warga akan ditawarkan manfaat khusus jika mereka sepakat untuk hanya memiliki satu anak. Warga negara yang memang memiliki lebih dari satu anak baik akan dikenakan pajak jumlah yang sampai lima puluh persen dari pendapatan mereka, atau dihukum oleh kehilangan pekerjaan atau manfaat lainnya (Hilali 10). Selain itu, kehamilan yang tidak direncanakan atau kehamilan tanpa otorisasi yang tepat akan perlu dihentikan (Hilali 9). Pada tahun 1980, sistem kuota kelahiran didirikan untuk memantau pertumbuhan penduduk (Jiali Li 563). Di bawah sistem ini, pemerintah menetapkan tujuan target untuk setiap wilayah. Pejabat lokal terutama bertanggung jawab untuk memastikan bahwa populasi total pertumbuhan tidak melebihi target sasaran. Jika target sasaran tidak dipenuhi, para pejabat lokal dihukum oleh hukum atau oleh hilangnya hak istimewa.
Metode pengendalian lainnya populasi. Metode lain yang telah digunakan oleh pemerintah China untuk membatasi total populasi meningkat termasuk program pengendalian kelahiran dan perubahan ekonomi. Dalam s '80 an, tujuan sterilisasi sasaran yang ditetapkan dan dibuat wajib bagi orang yang memiliki dua anak (Hilali 19). Pada puncaknya pada tahun 1983, ligations tuba, vasektomi, dan aborsi sebesar tiga puluh lima persen dari metode pengendalian kelahiran total (Hilali 20). Selain itu, perekonomian berubah dari terutama salah satu dari pertanian ke industri (Hilali 22). Pemerintah menggunakan ini untuk keuntungan; menyebarkan pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi akan menghambat pertumbuhan populasi (Hilali 22).
Masalah yang terkait dengan kebijakan kependudukan. Ada banyak masalah yang terkait dengan kebijakan dan program yang ditetapkan oleh pejabat China. Pertama-tama, program ini telah sulit untuk menerapkan dan memiliki sedikit kesuksesan. Pejabat lokal yang bertanggung jawab atas total pertumbuhan, telah memalsukan laporan untuk menghindari hukuman (Zeng Yi 29). Akibatnya, hal ini menyebabkan tidak dilaporkan jumlah kelahiran sebanyak dua puluh tujuh persen pada tahun 1992 (Zeng Yi 32). Selain itu, sesuai dengan sistem kuota kelahiran masih rendah. Dari 14.808 bayi lahir antara 1980-1988, hanya sekitar setengah telah dengan izin kelahiran hukum (Jiali Li 567). Dari mereka lahir dengan izin, delapan puluh delapan persen adalah anak pertama lahir dalam keluarga (Jiali Li 567). Selanjutnya, dari anak kedua lahir, hanya sebelas persen telah disetujui (Jiali Li 568). Terakhir, orang-orang dari masyarakat pedesaan, yang bergantung pada memiliki keluarga yang lebih besar untuk membantu dengan peternakan, telah berhasil menemukan cara sekitar sistem kelahiran-kuota (Hilali 13).
Konsekuensi sosial dan politik. Pemerintah Cina juga harus berurusan dengan pergolakan politik dan sosial sebagai akibat dari kebijakan yang ketat. Amerika Serikat, serta banyak negara lain, secara terbuka telah menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan para pemimpin Cina untuk kebijakan sterilisasi mereka (Hilali 20). Selain itu, warga China telah membalas dengan aksi kekerasan terkait dengan kebijakan satu anak (Hilali 25). Akhirnya, preferensi budaya untuk anak-anak telah menyebabkan sejumlah besar insiden pembunuhan bayi perempuan (Hilali 21). Akibatnya, pemerintah Cina telah memiliki untuk bersantai kebijakan untuk memasukkan "putri-hanya-rumah tangga" kebijakan, yang memungkinkan pasangan pedesaan memiliki anak perempuan pertama yang diizinkan untuk memiliki anak kedua (Jiali Li 569).
Manfaat sosial dan ekonomi. Selama lima puluh tahun terakhir,. Cina telah meningkatkan standar hidup dengan menjaga tingkat pertumbuhan turun. Akses ke sumber daya alam telah meningkat secara dramatis sejak tahun 1980. Menurut Komisi Negara Keluarga Berencana, cakupan dalam air keran telah meningkat 80-4 persen menjadi sembilan puluh empat persen dalam lima belas tahun terakhir. Selain itu, cakupan gas alam telah meningkat dari enam belas persen menjadi tujuh puluh tiga persen. Selain itu, cakupan medis telah diperluas untuk mencakup kelahiran dan asuransi kompensasi pekerja bagi para ibu yang mengikuti kelahiran Cina kebijakan (SFPC). Pada tahun 1998, sembilan belas persen penduduk Cina menggunakan kebijakan ini. Manfaat lainnya peningkatan harapan hidup rata-rata dari tiga puluh lima tahun pada tahun 1949 untuk tujuh puluh tahun pada tahun 1996, dan menurunkan angka kematian bayi dari dua ratus per 1000-33 per seribu (SFPC).
Hasil masa depan. Reformasi serius yang diperlukan untuk memastikan bahwa penduduk China tidak akan terus tumbuh. Kebijakan yang lebih baik, pendidikan lebih, dan urbanisasi dapat membantu China untuk mencapai tujuan populasi target. Sejak tahun 1980, Cina telah menyadari pentingnya kolaborasi antar lembaga, dan itu telah membentuk Kependudukan dan Informasi Research Center (SFPC). Lembaga ini, bersama dengan orang lain, bertugas mengumpulkan informasi tentang total populasi dan membantu pemerintah untuk melaksanakan kebijakan (SFPC). Proyeksi pertumbuhan penduduk Cina diperkirakan sekitar 1,5 miliar pada tahun 2025 (PRB 7). Angka-angka ini akan terus meningkat, dan beban sosial dan ekonomi akan terus wabah semua orang yang tinggal di Cina.
KEMAJUAN  CINA
            Jika dilihat dari sudut perekonomian dan tatanan kenegaraan, Cina telah melewati tiga fase panjang dalam sejarah perekonomian maupun kenegaraannya setelah bangsa ini berubah menjadi negara reformasi. Pertama berkisar pada tahun 1946-1976, merupakan era Mao Zedong. Negara Cina pada masa kepemerintahan Mao cenderung tetutup dari politik luar negeri maupun perekonomian luar negeri. Segala kebijakan yang berkenaan dengan politik, budaya, maupun pendidikan hanya diputuskan di pusat pemerintahan, yakni di Beijing dan dilandaskan pada ajaran Mao (Maoisme). Atas ketertutupan inilah maka Cina dijuluki sebagai “Negara Tirai Bambu”.
            Fase kedua yang berkisar pada tahun 1978-2008 merupakan fase kepemimpnan Deng Xioping. Pada masa kepemimpinannya negara Cina cenderung terbuka baik dalam perekonomian maupun dalam berpolitik di kancah domestic maupun internasional. Deng Xiaoping merupakan pemimpin yang sangat dikagumi rakyat dalam kepemimpinannya. Kepandaiannya dalam berpolitik dan berdiplomasi sangat hebat. Seorang negarawan Malaysia, DR. Mahathir Muhammad dalam A Globalization With Commen Development (Oktober 2001) mengatakan “Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa salah satu pria terhebat abada ke-20 adalah Deng Xiaoping, bapak dari empat modernisasi Cina. Petuah-petuahnya harus selalu ada dibenak kita bila berbicara tentang isu-isu besar dunia, bahkan untuk selamanya”.
            Dari statement DR. Mahathir telah digambarkan betapa besarnya sosok pemimpin Deng Xiaoping dimata kawan maupun lawan berpolitiknya.  Pemimpin Cina yang satu ini juga memberikan andil  yang besar atas kebijakan-kebijakan yang diambil oleh keputusan pemerintah pusat. Dalam perekonomian misalnya, Deng berani mengambil suatu kebijakan yang krusial, yakni sedikit melenceng dari rambu-rambu faham sosialis. Deng berkata dalam pidato kenegaraannya “Tidak penting seekor kucing itu berwarna hitam maupun putih, yang penting adalah seekor kucing bisa menangkap tikus”.
            Ucapan Deng tersebut ditujukan untuk menanggapi kritikan negara-negara sosialis yang tidak mengakui kepemilikan maupun kekayaan individu, meliputi negara-negara bekas Uni Soviet. Pada awalnya, Cina merupakan negara yang berfaham sosialis dalam tatanan perekonomian mereka, namun Deng memerintahkan orang-orang pemerintahan dibawahnya untuk mengambil beberapa kebijakan yang baik dan bisa mendatangkan keuntungan bagi negaranya, walaupun harus bertentangan dengan kebijakan kaum sosialis pada umumnya. Namun Cina masih mengklaim dirinya sebagai negara sosialis dan kebijakan perekonomian yang diambil juga mayoritas mencerminka kesosialismenya.
            Selain kebijakan dibidang perekonomian, Deng juga mengambil kebijakan didalam menanggulangi  masalah over-population. Deng menerapkan kebijakan satu anak bagi setiap keluarga di Cina. Kebijakan yang kemudian dijadikan sebagai peraturan negara, diambil atas dasar kekhawatiran pemerintahan terhadap meledaknya jumlah penduduk di Cina. Akan tetapi kebijakan ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan pemerintah. Peraturan satu anak hanya berjalan di pusat-pusat perkotaan, sementara di desa dan daerah-daerh pelosok masih belum bisa dilaksaakan oleh masyarakat. Mengingat pada waktu itu pedesaaan cenderung membutuhkan anak laki-laki untuk menggarap tanah yang warga miliki.
            Kepemerintahan Deng juga membuat revolusi dibidang pendidikan. Pada awal mula dia memerintah Republik Rakyat Cina, Deng sangat memperhatikan pendidikan di negaranya. Deng berkata dalam pidato di depan masyarakat Cina (1978) : “Bila Cina ingin memodernisasi perindustrian, pertanian, dan pertahanan, maka yang harus dimodernisasikan dulu adalah sains dan teknologi serta menjadikannya kekuatan produktif”.
            Fase ketiga adalah masa-masa generasi penerus, pada tahun 1992-2003 Cina diperintah oleh Jiang Zemin/ Zhu Rongji dan diteruskan lagi oleh duet Hu Jianto/ Wen Jiabo sejak tahun 2003- sekarang. Hu/ Wen tetap menjalankan landasan-landasan dan juga cita-cita yang dirintis oleh Deng Xioping. Kebijakan-kebijakan yang diambil Hu/Wen mencerminkan betapa Deng sangat hidup di hati masyarakat Cina. Hu/Wen juga bisa menghantarkan Cina hingga saat ini.
            Keberhasilan Cina dalam perekonomian sudah terbukti kredibilitasnya. Terbukti sejak tahun 1980 hingga saat ini Cina masih terus tumbuh dengan rata-rata angka pertumbuhan perekonomian yang hampir mencapai dua digit setiap tahunnya. Perindustrian Cina telah melakukan terobosa-terobosan baru dalam memasuki pasar perindustrian. Semua ini didukung oleh sumber daya manusia yang tinggi juga aliran dana yang masuk dari kalangan investor baik investor domestic maupun luar negeri.
            Besarnya FDI ( Foreign Direct Investment) yang masuk ke negeri Cina menjadi salah satu factor pemicu berkembangnya perindustrian Cina yang modern. Dengan kuatnya modal yang dimliki Cina, maka perindustrian akan terbantu karena ada dana yang cukup besar untuk menggerakan sector produksi Cina yang tentunya akan meningkatkan PDB (produk Domestik bruto) sehingga mampu meningkatkan perekonomian.
            Cina sangat pintar dalam menarik investor asing untuk berinvestasi, tercatat pada awal  Maret 2009 Cina mendapatkan kurang dari 100 juta dolar FDI yang berpengaruh 3,4% dari total keseluruhan PDB. [8] Mayoritas dari FDI ini dating dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Taiwan,Hongkog,  maupun investor yang notebennya adalah penduduk keturunan Cina yang tinggal dibelahan dunia. Loyalitas para keturunan Cina terhadap negara asal nenek moyangnya memang tidak diragukan lagi. Sebanyak 68,3% dari FDI berasal dari Hongkong, 9,3% berasal dari Taiwan dan sisanya dari investor negara lain yang juga mayoritas merupakan keturunan penduduk Cina yang berhasil di negara-negara lain.
            Disinilah sebenarnya kekuatan Cina, selain kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam urusan birokrasi yang sangat mudah, terutama dalam urusan penarikan dana bantuan dari luar negeri, solidaritas dari penduduk keturunan Cina yang tinggal di negara lain  memiliki pengaruh yang signifikan dalam menggapai cita-cita pemimpin maupun rakyat Cina, yaitu mencapi kemakmuran perekonomian dan menjadi macan Asia bersama Korea dan Jepang yang telah mendahului mereka sebelumnya.

KESIMPULAN
          Suatu negara secara umum dikatakan “maju” apabila negara tersebut dapat menunjukkan adanya tekhnologi dan  industri yang baik, sebab secara umum juga diakui bahwa negara yang maju dalam tekhnologi maupun industri akan dapat bersaing denga negara lain yang kurang atau tidak maju tekhnologi maupun industrinya secara positif.
          Keunggulan dalam bidang tekhnologi dan Industri ini adalah sejajar dengan adanya kemampuan untuk menyerap ataupun untuk menemukan sesuatu yang baru yang dapat dipakai untuk mempertinggi nilai hasil sumber daya alam yang ada sehingga akan mendapatkan “nilai tambah” yang pada gilirannya akan menambah kesejahteraan negara entah itu lewat kebijakna pajak ataupun lewat penjualan ataupun royalty  yang dibayarkan oleh pemakai jasa dan produksi yang telah diubah lewat tekhnologi dan industri yang ada.
          Adanya sumber daya manusia yang memadai tidak akan berguna jika tidak diatur sedemikian rupa agar didapat kemanfaatan yang besar bagi masyarakat dan negara secara keseluruhan, karena ini adalah “hasil budaya” dalam khidupan manusia.
          Sumber daya manusia apabila diatur dengan baik akan dapat menentukan kemajuan suatu negara dan sumber daya manusia yang ada adalah berkalitas atau dengan kata lain kualitas sumber daya manusia menentukan kemajuan suatu negara, negara dalam hal ini adalah “payung” tempat manusia diatur melalui kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kepribadian bangsa.
          Contoh negara yang mampu mengoptimalkan Sumber daya manusianya adalah Cina. Cina dengan jumlah penduduk tertinggi mampu memanfaatkan Sumber daya manusia secara optimal. Hal tersebut terlihat  pada kemajuan Tekhnologi dan Industri Cina. Hal ini menjadikan perekonomian Cina terus meningkat ke arah yang positif.

0 comment:

Posting Komentar

give me a positive comment :)

 

Copyright © 2010 Every Step That I Take Along With God Blogger Template by Dzignine