UTS TPP

| Minggu, 27 Oktober 2013
                                                                   Nama :         Ria Rosianna Simbolon
                                                                   NIM    :         1002045106
                                                                   Prodi  :         Hubungan Internasional ‘10
                                                                   Kelas   :         Reguler B

Soal
Buat sebuah uraian dan analisis disertai dengan contoh yang mendeskripsikan tentang perbandingan dalam sistem politik dengan menggunakan teori perbandingan politik sebagai pendekatan dalam melakukan perbandingan sistem politik.
1.      Teori sistem
2.      Teori budaya
3.      Teori kelas
4.      Teori pembangunan

Jawaban
Teori Perbandingan Politik adalah teori-teori yang dipakai sebagai sebuah upaya untuk membandingkan segala bentuk kegiatan politik dan mempelajari sistem politik berbagai negara  untuk mengetahui keunggulan serta kelemahan masing-masing sistem politik tersebut. Teori-teori yang dapat digunakan untuk mendukung dalam menganalisis perbandingan politik tersebut diantaranya adalah :
 Teori Sistem, seperti apa yang diutarakan David Easton di dalam bukunya “The Political System”, yang memuat mengenai konsep input dan output politik, tuntutan dan dukungan serta umpan-balik terhadap keseluruhan sistem yang saling berhubungan.
Teori Budaya, berangkat dari karya tradisional tentang budaya dalam dunia antopologi, studi sosialisasi dan kelompok-kelompok kecil dalam sosiologi; serta konsep kebudayaan yang dikaitkan dengan konsep negara dan budaya-budaya nasional.
Teori Kelas/Elit, Teori ini menjelaskan seputar kelompok penguasa (elit politik) dalam suatu sistem politik.
Teori Pembangunan adalah serangkaian konsep pembangunan yang berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh negara-negara miskin/berkembang dalam dunia yang didominasi oleh kekuatan ekonomi, ilmu pengetahuan maupun kekuatan militer negara-negara adikuasa . kemunculan negara di dunia ketiga mendorong kemunculan teori ini, yang tercurahkan pada wawasan keterbelakangan dan potensi untuk memajukan diri untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah bangsa, yang kesemua terkait dalam pola modernisasi politik.
Analisis Kasus Sebagai Contoh
Perbandingan Politik antara Amerika Serikat dan Thailand
Sistem Politik Amerika Serikat

Sistem Politik di Amerika Serikat yaitu federal republik konstitusional, dimana Pemerintah federal Amerika Serikat didirikan melalui sebuah konstitusi dan terdiri dari tiga lembaga kekuasaan yaitu :

• Legislative : Kekuasaan eksekutif ini terdiri dari Senat dan HoR (House of Representative) atau yang biasa kita sebut DPR, yang mempunyai tugas untuk membuat undang-undang federal , mengumumkan masalah perang, menyetujui perjanjian, dan memiliki kekuatan impeachment yang dapat digunakan untuk menghapus kedudukan anggota pemerintah.
• Eksekutif : Kekuasaan Eksekutif dipimpin oleh Presiden dan bersifat independen atau bebas dari campur tangan legislatif. Presiden juga berperan sebagai panglima tertinggi militer, sehingga dapat memveto, dan menunjuk anggota kabinet (tunduk pada persetujuan Senat) dan pejabat lain, yang mengatur dan menegakkan hukum federal dan kebijakan.

• Yudisial : Kekuasaan Yudisial, terdiri dari Mahkamah Agung dan pengadilan-pengadilan federal yang lebih rendah, yang mempunyai fungsi untuk menafsirkan Konstitusi Amerika Serikat dan undang-undang federal, serta menyelesaikan sengketa antara lembaga eksekutif dan legislatif. Hakim diangkat langsung oleh Presiden melalui persetujuan dari Senat.

Globalisasi di Amerika Serikat tak hanya menuntut peningkatan peran sektor swasta, tetapi juga menuntut sektor publik untuk memperbaiki kinerjanya dalam rangka melayani kebutuhan yang  berkenaan dengan orientasi birokrasi yang lebih melihat ke pasar, yang nantinya diharapkan pada keputusan yang didasarkan pada analisis logis dan melihat secara jeli implikasi dari kebijakan pro-pasar untuk legitimasi birokrasi publik, moralitas, dan motivasi pegawai negeri, serta mempertimbangkan manfaat dan kerugiannya bagi penduduk. Untuk itu,pembuat kebijakan mempertimbangkan perbedaan mendasar antara sektor publik dan sektor swasta dalam hal tujuan, struktur, norma-norma, meneliti secara kritis pelaksanaan ekonomi, sosial, dan keuntungan serta kerugian administrasi dalam transisi birokrasi, mengidentifikasi siapa saja yang diuntungkan dan siapa yang tidak diuntungkan dari perubahan birokrasi.


Komunikasi politik
Di bandingkan dengan negara-negara lain, komunikasi politik di Amerika Serikat terbilang cukup baik karena di sana kesadaran masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan pengetahuan tentang politik sangat tinggi,sehingga proses komunikasi anatara masayarakat dan pemerintah berjalan dengan lancar.

Rekrutmen Politik
Rekrutmen Politik di Amerika Serikat di lakukan dengan sangat demokratis. Proses rekrutmen di lakukan dengan cara pemilihan umum yang di ikuti oleh semua warga Amerika Serikat. Warga a Amerika Serikat berhak mencalonkan diri sebagai pemimpin dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.




Partai politik
Sejak 1790-an, negara ini telah dijalankan oleh dua partai besar yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik. Amerika Serikat tidak memiliki sistem parlementer, di mana pemerintahan koalisi terbentuk setelah pemilu, sehingga koalisi terbentuk sebelum pemilu di bawah payung organisasi partai. Dengan tidak adanya sistem parlemen tersebut menyebabkan pihak ketiga tidak dapat berkembang. Mereka cenderung menjadi sarana untuk melakukan advokasi kebijakan yang akhirnya diadopsi oleh dua partai politik besar.
2. sosialisasi politik
di Negara amerika serikat sisialisasi politik yang sangat berpengaruh besar adalah sekolah Sekolah. sekolah menempati posisi penting sebagai agen sosialisasi politik. Sekolah merupakan secondary group. Di sekolahlah mereka mengetahui lagu kebangsaan, dasar negara, pemerintah yang ada, dari sekolah. Oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional selalu tidak terlepas dari pantauan negara oleh sebab peran pentingnya ini. Selain sekolah yang berperan besar dalam sosialisasi politik di amerika serikat adalah Media Massa. Media massa merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Tidak perlu disebutkan lagi pengaruh media massa terhadap seorang individu. Berita-berita yang dikemas dalam media audio visual (televisi), surat kabat cetak, internet, ataupun radio, yang berisikan perilaku pemerintah ataupun partai politik banyak mempengaruhi mereka. Meskipun tidak memiliki kedalaman, tetapi media massa mampun menyita perhatian individu oleh sebab sifatnya yang terkadang menarik atau cenderung ‘berlebihan.








Sistem Politik di Thailand
Sistem pemerintahan Thailand adalah Sistem Parlementer. Bentuk pemerintahannya adalah Monarki Konstitusional. Kepala negara dipimpin oleh Raja dan Kepala pemerintahan dipimpin Perdana Menteri, yang dilantik Raja dari anggota-anggota parlemen dan biasanya adalah pemimpin partai mayoritas.
Sebagai Kepala Negara, Raja melaksanakan kekuasaan legislatifnya melalui parlemen, kekuasaan eksekutifnya melalui kabinet, kekuasaan yudisial melalui pengadilan Kerajaan memiliki hak untuk mendukung dan hak untuk memperingatkan pemerintah apabila pemerintah tidak menjalankan urusan negara atas nama kebaikan rakyat.
Lembaga eksekutif dipimpin oleh Perdana Menteri (sejak amandemen konstitusi 1992 harus anggota parlemen).
Badan legislatif Thailand adalah bikameral. Parlemen Thailand yang menggunakan sistem dua kamar dinamakan Majelis Nasional atau Rathasapha, yang terdiri dari Dewan Perwakilan (Sapha Phuthaen Ratsadon) yang beranggotakan 480 orang dan Senat (Wuthisapha) yang beranggotakan 150 orang. Anggota Dewan Perwakilan menjalani masa bakti selama empat tahun, sementara para senator menjalani masa bakti selama enam tahun.
Badan kehakiman tertinggi adalah Mahkamah Agung (Sandika), yang jaksanya dilantik oleh raja.
Birokrasi di Thailand berperan untuk memfasilitasi kebijakan pro-pasar seperti privatisasi dan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan sektor swasta seperti business licensing, perdagangan internasional, dan pengawasan fiskal. Perubahan birokrasi di Thailand belakangan ini juga lebih menempatkan dirinya sebagai katalisator untuk memfasilitasi aktivitas ekonomi yang civil service-nya berperan sebagai pendukung dan bukannya pemimpin. Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa perubahan birokrasi itu menekankan perlunya keterbukaan struktural untuk memungkinkan terjadinya pertukaran gagasan dan perubahan inovasi, antara lain karena stabilitas politik dan kerja sama yang baik antara birokrasi dan pemimpin politik.



sosialisasi politik
Di Thailand agen sosialisasi politik yang paling berperan besar adalah keluarga. Keluarga merupakan primary group dan agen sosialisasi utama yang membentuk karakter politik individu sebab mereka adalah lembaga sosial yang paling dekat. Peran ayah, ibu, saudara, memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap pandangan politik satu individu.

komunikasi politik
komunikasi politik di Negara Thailand berjalan kurang lancar, banyaknya kudeta dan demonstrasi menunjukkan bahwasanya masyarakat Thailand kurang puas terhadap kinerja para pejabat pemerintahan, ini di sebabkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kebijakan yang di keluarkan oleh pemeritah atau kurangnya sosialisasi yang di lakukan oleh pemerintah.

rekrutmen politik
Di Thailand rekrutmen politik cenderung menganut KKN, penyeleksian pejabat Negara cenderung nepotisme, para pejabat kebanyakan di kuasai oleh saudara raja, perdana mentri dan para pejabat tinggi Negara. Kuragnya demokratisasi inilah yang menyebabkan masyarakat marah dan banyak melakukan dudeta dan demonsrtasi, mereka merasa tidak puas dengan hasil kerja para pejabat Negara.

Partai Politik
Thailand menganut sistem multi partai. Pemilu pertama (1997) dilangsungkan di bawah “Konstitusi Rakyat”; pemerintahan koalisi.Pemilu 2005, Partai TRT memperoleh 377 kursi (dr 500 kursi di Majelis Rendah), menjadikannya “pemerintahan satu partai”.









Budaya Politik Amerika Serikat
Masyarakat Amerika Serikat cenderung menganut budaya politik partisipan yang merupakan budaya politik yang lebih tinggi tingkatannya ketimbang subyek. Di Amerika Serikat individu mengerti bahwa mereka adalah warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban. Termasuk hak dan kewajiban berpartisipasi dalam politik. Dalam budaya politik partisipan sendiri, masyarakat merasa bahwa hingga tingkatan tertentu mereka dapat mempengaruhi jalannya perpolitikan negara. Mereka pun merasa bebas dan mampu mendirikan organisasi politik baik untuk memprotes ataupun mendukung pemerintah. Mereka pun banyak bergabung ke dalam organisasi sukarela baik bersifat politik maupun tidak.

Budaya Politik di Thailand
Masyarakat di Thailand cenderung menganut budaya subjektif, dimana individu merasa bahwa mereka adalah bagian dari warga suatu negara. Individu yang berbudaya politik subyek juga memberi perhatian yang cukup atas politik akan tetapi sifatnya pasif. Mereka mengikuti perkembangan politik tetapi tidak terjun langsung dalam partisipasi politik, yang berarti, secara emosional mereka tidak merasa terlibat dengan negara mereka. Saat membicarakan masalah politik, cenderung ada perasaan tidak nyaman dikarenakan mereka tidak mempercayai orang lain begitu saja. Di satu sisi, saat mereka berhadapan langsung dengan institusi negara merasa lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.













Model Kelas/Elit Politik Amerika Serikat
Model Kontemporer : Radical Elitism

Pada model klasik sebelumnya, massa selalu dianggap sebagai mereka yang tidak memiliki kapabilitas untuk menjalankan pemerintahan. Radical elitismmelihat “what must be” tapi pada “what is”. Elit tidak lagi dilihat pada sesuatu yang tidak dapat dihindarkan seperti pada pendekatan klasik, tapi lebih pada apa yang bisa dilihat sekarang di Amerika Serikat dan negara-negara industrial lainnya. Menekankan pada kendali yang dimiliki elit atas berbagai sumber utama kekuasaan untuk memperoleh kemakmuran dan otoritas memerintah yang lebih besar termasuk menguasai sistem komunikasi masyarakat. Yang terakhir sehingga elit mampu memanipulasi opini publik seperti apa yang mereka inginkan. Regenerasi elit bisa terjadi dengan proses rekruitmen dari kelas yang lebih bawah. Namun, ketika sudah berada di level elit, rekruit baru ini harus beradaptasi dengan sistem dan budaya elit. Amerika Serikat di pertengahan abad 21 dikuasi oleh elit-elit yang cukup kohesif. Mereka berasal dari kelompok bisnis, pemimpin militer, dan pejabatpemerintahan.

Model Kelas/Elit Politik di Thailand
Model Hukum Besi Oligarchy--Robert Michels
Semua jenis organisasi pemerintahan baik itu demokratik maupun otokrasi secara perlahan dan pasti akan membentuk oligarki, dikarenakan :
1. Adanya kecenderungan kelompok, atau pemimpin kelompok untuk mempertahankan kepentingan Elite dan cenderung untuk menggunakan segala macam upaya dan memanfaatkan apa yang mereka miliki untuk mempertahankan kepentingan dan kekuasaannya.
2. Kebutuhan akan leadership tak terelakkan
3. Pemimpin yang pasif 
4. Penghormatan pada sang pemimpin
Bahkan di sistem demokrasi yang secara harfiah berarti “pemerintahan oleh yang banyak” (Demos, Kratein), menurut Michels, oligarki tidak bisa dihindarkan.Ini karena struktur organisasi yang kompleks membuat “yang banyak” atau“massa” tidak mungkin menjalankan pemerintahan.
Di Thailand terlihat bahwa kekuasaan dipegang oleh elite sipil atau militer dan sering mengandalkan mentalitas dan nilai-nilai masyarakat untuk memperkaya diri di tengaha kemiskinan rakya dan menindas usaha demokratisasi dengan tangan besi. Sekalipun negara bertindak demi kepentingan rakyat tetapi tindakan ini pun diambil demi kepentingan kelas atas.
Pembangunan di Amerika Serikat
Sebagai negara maju, Amerika Serikat terlihat tidak lagi berorientasi pada pembangunan domestik negaranya, tetapi lebih kepada menjalankan kepentingannya terhadap proses modernisasi/pembangunan di negara kurang maju. Dalam menjalankan kepentingannya, Amerika Serikat memberikan bantuan kepada banyak negara berkembang, baik berupa dana maupun  tekhnologi. Bantuan yang diberikan biasanya hanya diberikan bila Amerika Serikat memiliki kepentingan tertentu pada negara tersebut.
Pembangunan di Thailand
Keberhasilan perbaikan ekonomi Thailand dalam mewujudkan struktur ekonomi yang stabil dipengaruhi oleh dual track strategy yang dicanangkan pemerintah. Strategi pertama adalah mengembalikkan pertumbuhan ekonomi untuk memulihkan kesejahteraan. Strategi kedua adalah menciptakan stabilitas dan sustainbilitas pertumbuhan ekonomi
Namun, dibalik kesuksesan bangkitnya ekonomi Thailand dari keterpurukkan krisis ekonomi yang melanda Negara itu, Thailand merupakan suatu Negara yang sering terjadi konflik internal yang sangat mencekam. Situasi ini  sangat dikhawatirkan pemerintah Thailand saat itu karena ditakutkan investor – i nvestor asing tersebut menarik semua investasinya dari Thailand yang diakibatkan sering terjadinya konflik internal. namun  konflik – konflik tersebut  justru tidak mengganggu kebangkitan kembali perekonomian Thailand yang sedang bangkit dari krisis ekonomi. Hal ini terbukti, dengan Thailand menjadi ladang penanaman saham bagi para pemegang saham. Investasi langsung asing di Thailand telah mengambil pada beberapa tahun terakhir dengan munculnya sejumlah perusahaan internasional di negara Asia Tenggara.
Dan perekenomian Thailand saat itu meruapakan pertumbuhan ekonomi yang paling pesat seAsia Tenggara.

Bila dikaitkan konflik yang ada di Thailand tidak mempengaruhi perkembangan perekonomian Thailand dari tahun 1997 samapai dengan 2007 dengan teori – teori pembangunan,  dalam hal ini, teori yang dipakai  untuk menganalisis itu semua, awalnya kami memakai teori dependensi. Yang dimana tahiland sangat bergantung dengan Jepang dalam membangun perekonomiannya.

0 comment:

Posting Komentar

give me a positive comment :)

 

Copyright © 2010 Every Step That I Take Along With God Blogger Template by Dzignine