“BATIK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL”

| Minggu, 27 Oktober 2013
“BATIK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL”
PENDAHULUAN
Pengertian
Kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap dikenal baru setelah usai Perang Dunia I atau sekitar 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia. Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan kain.  Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam, teknik ini adalah salah satu bentuk seni kuno yang berguna untuk mencegah pewarnaan sebagian dari  kain. Dalam literature Internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist   dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik  tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait. Batik juga termasuk jenis kerajinan yang   memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya    Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam   membatik sebagai  mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif  bagi   kaum perempuan. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai  “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya     laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu  motif dapat dikenal   berasal   dari   batik   keluarga tertentu.   Beberapa   motif  batik   dapat   menunjukkan   status seseorang.  Bahkan sampai  saat ini, beberapa  motif  batik tradisonal hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Sejarah batik Indonesia
          Sejarah batik yang tepat tidak dapat dipastikan tetapi artifak bati berusia  lebih 2000 tahun pernah ditemui.  Dari manapun  asalnya, hasil seni ini telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing- masing daerah  yang amat beragam. Khas  budaya Bangsa Indonesia  yang demikian      kaya telah mendorong lahirnya berbagai  corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri. Pemakaian  batik dalam busana  tradisi  mempunyai  sejarah yang lama berlangsung  dari zaman   awal tamadun Melayu. Dipakai oleh semua golongan, dari raja ke bangsawan sampai rakyat jelata, batik menzahirkan dirinya sebagai  seni asli yang praktikal dan popular. Dalam tradisi penulisan kain cindai misalnya disebut dalam banyak hikayat-hikayat silam. Batik menjadi hadiah perpisahan dan perlambangan cinta dalam hikayat Malim Demam dan dijadikan tanda penganugerahan derajat dalam Hikayat Hang Tua.
Perkembangan batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa   kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik merupakan   kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja  Indonesia zaman dahulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta   para   pengikutnya.  Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka kesenian batik ini dibawah oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk  mengisi waktu   senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian     rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri   dari   tumbu-tumbuhan   asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain : pohon mengkudu, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat   dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Jadi kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai   meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik   sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia. Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh   berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa  corak hanya boleh di pakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang  juga mempopulerkan  corak phoenix. Batik  tradisional tetap   mempertahankan coraknya, dan  masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
·       Adapun jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Indonesia sampai saat ini adalah sebagai berikut :
 1. Batik Pekalongan
Pasang  surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantar. Ikon bagi karya seni yang tak pernah  menyerah dengan   perkembangan zaman  dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi  nafas kehidupan sehari-hari warga   Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan.  Hal ini disebabkan oleh banyaknya industri    yang  menghasilakan produk batik.  Karena terkenal   dengan    produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu  tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis  rancangan, serta  mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah perdagangan dan kesiapan    masyarakatnya dalam menerima  paham serta pemikiran baru. Batik Pekalongan termasuk batik pesisir  yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibandingkan dengan batik pesisir lainnya. Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi   pendatang keturunan  China  dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangant bebas, dan menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan variasi warna yang  atraktif.  Tak jarang pada sehelai kain   batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Keistimewaan   Batik   Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan zaman. Misalnya pada waktu   penjajahan jepang, maka lahir batik dengan nama ” Batik Jawa Hokokai” yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada tahun enam puluhan juga diciptakan batik dengan nama ”Tritura”. Bahkan pada tahun 2005,sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ”SBY” yaitu motif batik yang mirip dengan kain tenun ikat dan songket. Warga Pekalongan tidak perna kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.
2. Batik Mega Mendung
Hampir di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas. Tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti  Solo, Yogya, dan  Pekalongan,  tetapi kekayaan seni batik   daerah Cirebon juga tidak kalah disbanding kota-kota lainnya. Menurut sejarahnya, di daerah cirebon    terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah   satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa  kepercayaan dan seni dari negerinya. Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung  Jati yang mengembangkan ajaran   Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari   negeri Cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina. Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega Mendung   atau   Awan-awanan.   Pada  motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk  maupun warnanya bergaya selera cina. Motif Mega  Mendung melambangkan pembawa hujan yang dinanti-natikan sebagai pembawa      kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingga    biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi kehidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.
3. Batik motif Truntun
 Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut   kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta. Sang Ratu yang selama ini dicintai dan   dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk    mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai    mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya.  Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan   pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit  kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh  kembali. Berkat   motif  ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum,   sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.
 4.  Batik Jlamprang
Motif  –  motif Jlamprang atau di  Yogyakarta dengan nama Nitik adalah salah satu batik yang cukup    popular  diproduksi  di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari  motif   kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik Jlamprang ini  diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.
5. Batik Pegantin
 Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi tersendiri. Pada motif Batik, Khususnya dari daerah jawa tengah, terutama Solo dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini   ada hubungannya dengan arti atau makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan.  Motif  Sido-Mukti  biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang).  Sido berarti   terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. Jadi dapat  disimpulkan motif ini melambangka harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai. Selain Sido  Mukti terdapat pula motif Sido Asih yang maknanya hidup dalam kasih sayang. Masih ada lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup dalam kemuliana dan Sido Luhur yang berarti dalam hidup selalu berbudi luhur. Ada pula motif yang bukan sawitan  kembar, tetapi biasanya dipakai pasangan pengantin yaiu motif  Ratu Ratih berpasangan dengan Semen Rama,  yang melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya masih banyak lagi motif yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan melambangkan harapan, pesan, niat dan itikad baik kepada pasangan pengantin. Pada Upacara Perkawinan Orang tua pengantin biasanya   memakai motif Truntum yang dapat pula berarti menuntun, yang maknanya menuntun  kedua    mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu berumah tangga. Dikenal juga motif Sido Wirasat, wirasat berarti nasehat, dan pada motif ini selalu terdapat kombinasi motif truntum   di   dalamnya, yang melambangkan orangtua akan selalu memberi nasehat dan menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan berumah tangga.
6. Batik Tiga Negeri
Kerumitan membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup jika kita tahu sejarah motif Batik Ttiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri merupakan gabungan batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah memiliki otonomi sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan motifnya yang khas masing-masing daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang membuat batik ini memiliki nilai seni tinggi adalah prosesnya. Konon menurut para    pembatik, air  disetiap daerah memiliki pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal karena kandungan   mineral air tanah berbeda menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di masing-masing daerah. Pertama,  kain batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah yang khas, seperti merah darah, setelah itu kain batik tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik  dengan warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas di  kota Solo. Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik sekarang, maka kain Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece batik. 7. Batik Pagi Sore  Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan Jepang. Pada waktu  itu karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi   sore.   Satu   kain  batik   dibuat   dengan    dua   desain   motif   yang   berbeda. Sehingga jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif yang satu, maka sore  harinya kita dapat mengenakan motif yg berbeda dari sisi kain yang lainnya,jadi  terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1 lembar kain. Tentu   saja   sekarang   jarang   sekali   orang   yang   memakai   kain   kebaya   (jarik) untuk   sehari-hari,   tetapi   motif   pagi/sore   masih   banyak   di   buat   pada   produk  batik   lainnya.   Biasanya   kain   sutra   ada   yang   dibuat   2   motif  pada   satu   lembar kain jadi dapat dibuat dua baju, ada pula scarf yang biasa dipakai untuk jilbab, dibuat setengah polos dan setengah motif. Batik pagi sore memang alternatif untuk memiliki ragam batik dengan biaya terbatas.
·       Jenis-jenis Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut :
-Batik      Tulis  adalah     kain   yang    dihias   dengan     teksture    dan   corak    batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
-Batik      Cap  adalah     kain  yang   dihias   dengan    teksture    dan   corak   batik  yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik  jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
-Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
·       Jenis-jenis Batik Berdasarkan Asal Pembuatannya adalah sebagai baerikut:
-Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun.Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang   mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.
Mempatenkan Batik

Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil penemuannya di bidang teknologi. Paten diberikan untuk selama waktu tertentu karena melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Kita sambut gembira masuknya batik Indonesia dalam 76 warisan budaya non-benda dunia. Hal ini memiliki makna bahwa kita telah mempatenkan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Meskipun dari 76 seni dan budaya warisan dunia yang diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Indonesia hanya menyumbangkan satu, sementara China 21 dan Jepang 13 warisan. Jumlah ini jangan menyurutkan rasa gembira dan rasa syukur kita.
Semangat untuk mempatenkan motif batik di daerah-daerah harus terus didorong. Teringatlah kita kepada Malaysia. Demi memiliki identitas, negara itu gencar mengklaim batik, reog, tari pendet, beberapa judul lagu, dan angklung sebagai milik sendiri. Kita desak Malaysia meminta maaf. Dengan bermacam dalih, mereka meminta maaf walaupun pada saat bersamaan terus mencari celah kelalaian kita. Jajak pendapat Kompas (31/8/2009) menunjukkan reaksi keras atas dipakainya simbol-simbol kebudayaan lokal Indonesia dalam iklan pariwisata Malaysia. Kita bangga atas kekayaan budaya kita, sebaliknya kita tidak mengenali dan memanfaatkannya.
Kata kuncinya kelalaian. Kita lalai tidak mengenal budaya sendiri, alih-alih mengurus hak kekayaan intelektual dan hak cipta. Sementara Malaysia, yang bangga atas kemajuan ekonomi, bermasalah ketika tidak memiliki identitas budaya. Padahal sebuah bangsa menjadi besar jika memiliki identitas yang kuat. Untuk menghindarkan klaim negara lain terhadap produk budaya nasional, Indonesia perlu segera mematenkannya di lembaga internasional. Kalau lalai, negara lain seperti Malaysia akan mengklaimnya sebagai produk budaya mereka.
Contoh-contoh di atas menunjukkan urgensi dan perlu proaktifnya pendataan dan perlindungan hak cipta atas karya pribadi dan hak paten atas karya komunal. Kalau lalai, tidak saja kekayaan budaya hilang, bahkan berakibat buruk hilangnya identitas budaya kita.
Prosedur yang ditempuh untuk pengakuan itu dilakukan sesuai Konvensi Unesco tahun 2003 tentang Warisan Budaya Tak Benda. Konvensi Unesco tersebut telah diratifikasi oleh pemerintah melalui PP Nomor 78 Tahun 2007 dan, terhitung 15 Januari 2008, Indonesia resmi menjadi Negara Pihak Konvensi. Dengan demikian, Indonesia berhak menominasikan mata budayanya untuk dicantumkan dalam daftar representatif Unesco.
UU. Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menjamin perlindungan hak kekayaan intelektual komunal ataupun personal. Daerah diberi kebebasan mendaftarkan agar mendapat perlindungan sebagai kekayaan budaya bangsa. Upaya itu sudah dilakukan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Pemprov Bali. DIY menyangkut batik gaya Yogyakarta, sedangkan Bali terkati dengan tarian dan tetabuhan musik. Dalam UU ini, hak cipta didefinisikan sebagai, "Hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1 ayat 1).
PEMBAHASAN
Teori Keunggulan Mutlak (Absolutely Adventage Theory)
          Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith pakar ekonomi bangsa Inggris dalam bukunya The Wealth of Nation tahun 1776. Teori ini menyebutkan bahwa perdagangan antara dua negara terjadi apabila dua negara itu mempunyai perbedaaan keunggulan absolut pada barang yang dihasilkan tiap-tiap negara.
Penjualan batik di pasar Internasional
Seperti yang disebutkan Michael Hitchcock dalam Indonesia Textiles, pada abad ke 19, para ahli dan pedagang eropa mulai tertarik pada batik. Batik Indonesia dari abad 19 tersebut menjadi koleksi antara lain The British Museum yang didapatkan Sir Thomas Stamford Raffles saat bertugas di Jawa antara 1811- 1815. Koleksi Raffles ini tidak pernah dapat dinikmati publik secara lengkap karena saat beliau kembali ke Inggris kapalnya terbakar dan menghanguskan sebagian besar koleksinya.
Selepas kembalinya Raffless dengan koleksi batiknya, pada abad itu beberapa usaha untuk memproduksi batik dilakukan di Eropa. Inggris mencoba  memproduksi imitasi batik cetak yang lebih murah dibanding aslinya. Namun mereka tidak dapat menyamai pewarna tradisional Indonesia dan harus menggunakan bayak material untuk meniru desain buatan tangan. Akhirnya upaya ini terhalang oleh biaya produksi yang mahal.
Belanda menggunakan pendekatan berbeda. Beberapa pembatik Indonesia dikirim ke Belanda untuk mengajari para pekerja Belanda. Beberapa pekerja Belanda kemudian dikirim ke Jawa untuk memproduksi batik dalam perusahaan yang dikelola negara. Belanda juga membuat beberapa pabrik batik di negerinya sendiri, yang pertama dibangun di Leiden pada tahun 1835.
Swiss memulai ekspor imitasi batik satu dekade berikutnya, namun produksinya kemudian menurun. Jerman lebih sukses dengan memproduksi masal kain batik pada tahun 1900-an dengan pena kaca dan resist atau penolak warna yang dipanaskan dengan listrik.
Seniman dan industrialis Eropa mendapat keuntungan dari batik. Bahkan disebutkan bahwa gerakan art nouveau mendapat pengaruh dari Jawa, terutama di Belanda. Namun kemudian stagnasi ekonomi terjadi tahun 1920-an membuat permintaan batik hasil industri menurun, dan pasar batik akhirnya hanya dimiliki perusahaan batik berskala kecil di Eropa dan Indonesia.
Pengusaha batik di Eropa tetap bertahan selama 1930an karena permintaan lokal. Namun produksi dan permintaan batik menurun lagi selama Perang Dunia II, walaupun kemudian bangkit lagi setelah perang usai. Kini batik memang telah menyebar ke seluruh dunia, namun Indonesia, terutama Pulau Jawa tetap merupakan pusat batik dunia.
Untuk meningkatkan daya saing produk batik Indonesia dan menembus pasar internasional, Kementerian Perindustrian RI bekerja sama dengan Japan External Trade Organization (Jetro) untuk memamerkan produk tersebut dalam Tokyo Fashion Week pada Januari 2013 mendatang.
Negara tujuan ekspor batik Indonesia antara lain Amerika Serikat, Belgia, Prancis, Inggris, Jerman.
Peran batik terhadap perekonomian nasional
Jendela dunia bisnis terbuka lebar ketika pada 2 Oktober 2009 lalu, UNESCO mendeklarasikan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. Sejatinya, inilah tantangan bagi kita untuk mengangkat batik sebagai salah satu pilar ekonomi rakyat. Deklarasi itu ternyata mampu membangkitkan spirit “berbatik ria” di masyarakat Indonesia. Kabarnya, penjualan batik di sejumlah gerai batik laku keras alias laris manis. Inilah euforia batik. Dengan bahasa lebih bening, euforia batik bakal lebih mendatangkan aura positif bagi pertumbuhan dan pengembangan perekonomian nasional.

          Tabel 1: Nilai Ekspor Batik Nasional 2004-2009
Tahun
Nilai Ekspor Batik Nasional
2004
US$ 34,41 juta
2005
US$ 12,46 juta
 2006
US$ 14,27 juta
2007
US$ 20,89 juta
2008
USS 32,28 juta
Triwulan I 2009
US$ 10,86 juta
Sumber: Suara Pembaruan, 3 Oktober 2009.

Realisasi ekspor hingga semester 1 tahun 2009 baru mencapai US$ 10,86 juta. Artinya, baru mencapai 33,64% dibandingkan dengan kinerja ekspor pada 2008. Banyak yang berharap, euforia batik bakal mampu mengerek kinerja ekspor batik nasional. Sehingga pada gilirannya akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja.
Pemerintah menargetkan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) – termasuk di dalamnya batik – mencapai sekitar US$11,8 miliar pada 2009. Itu sedikit meningkat dibanding proyeksi ekspor tahun 2008 sebesar US$11 miliar. Industri TPT masih menjadi salah satu industri prioritas yang akan dikembangkan karena mampu memberi kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional.
Industri TPT 2006 lalu menyerap 1,2 juta tenaga kerja, tidak termasuk industri kecil dan rumah tangga. Selain itu menyumbang devisa sebesar US$9,45 miliar pada 2006 dan US$10,03 miliar pada 2007. Secara konsisten industri TPT memberi surplus (net ekspor) di atas US$5 miliar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Oleh karena itu, pemerintah menargetkan 2009 ekspor TPT mencapai US$11,8 miliar dengan penyerapan 1,62 juta tenaga kerja.
Pasar terbesar batik Indonesia
          Pasar ekspor terbesar batik Indonesia adalah Amerika, Eropa dan Jepang. “Pasar utama kita Amerika, Jepang dan Eropa. Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Perdagangan (Kemendag), dari tahun 2006 hingga 2011, pangsa pasar eskpor Batik ke Amerika menduduki peringkat pertama. Tercatat pada tahun 2011, pangsa pasar ekspor Batik ke Amerika sebesar 35,63 dengan nilai US$ 24,668 juta. Semenlara pangsa pasar Eropa secara komunal berada pada urutan kedua. Kemudian diikuti Jepang dengan pangsa pasar sebsar 10,90 % dan nilai US$ 7,547 juta. Nilai ekspor Batik ke semua Negara tujuan, sempat mengalami puncak di tahun 2008 hampir 100 juta dolar AS, tepatnya US$ 93,09 juta.Setelah itu, turun seiring pengaruh dari krisis global.
Negara yang memproduksi batik
          Saat ini batik sudah mulai mendunia dan banyak negara yang ikut memproduksi batik seperti Indonesia. Sejumlah negara yang memproduksi batik antara lain Malaysia, Turki, China, India, Bangladesh, Vietnam, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Polandia, Thailand, Belanda, Swiss, Kanada, Jerman.
Hambatan penjualan batik Indonesia di pasar lokal dan internasional
·       Sumber Daya Manusia (SDM). Misalnya, generasi pembatik umumnya sudah berusia relatif lanjut, sehingga perlu upaya khusus untuk menggugah minat kalangan muda untuk terjun ke usaha batik. Masalah lain yang harus diatasi adalah masalah pendanaan, ketenagakerjaan, dan penanganan penyelundupan. Saat ini industri TPT diakui juga menghadapi masalah daya saing terkait usia mesin industri tersebut yang sebagian besar (sekitar 75%) berusia sekitar 20 tahun sehingga membutuhkan peremajaan mesin baru untuk bersaing di pasar internasional dan domestik yang semakin ketat.
·       Dari sisi teknologi, para pengusaha industri batik umumnya belum melakukan perbaikan sistem dan teknik produksi agar lebih produktif dan mutunya bisa sama untuk setiap lembar kain batik. Itu belum termasuk pemakaian zat warna alam yang masih belum mendapat hasil stabil satu sama lain. Dilihat dari sisi ketersediaan bahan baku sutera,  jumlahnya masih kurang dari permintaan pasar. Selain itu, serat dan benang sutera umumnya masih impor. Dari sisi pemasaran, adalah tantangan dari negara pesaing yang semakin meluas antara lain dari Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, Afrika Selatan dan Polandia. Segi pemasaran batik Indonesia juga belum fokus untuk mengangkat batik Indonesia sebagai high fashion dunia.
·       Terkait masalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI), ditengarai bahwa motif-motif batik tradisional, belakangan ini banyak ditiru oleh para perajin dari negara-negara lain. Kondisi tersebut terjadi karena usaha perlindungan HKI di negara ini belum maksimal. Dalam kaitan tersebut, sesungguhnya kegiatan dokumentasi motif batik sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, bahkan Departemen Perindustrian telah mendokumentasi sebanyak 2.788 motif batik dan tenun tradisional dalam bentuk CD (Compact Disc).
·       Tidak stabilnya harga bahan baku dan munculnya kain tekstil bermotif batik asal china
·       konsumen cenderung berpatokan membeli kain batik dengan harga murah tanpa memperdulikan kwalitas barang yang dibelinya tersebut.
·       Desain produk batik tradisional yang monoton kurang kreatif penggunaan bahan baku dan pewarna belum banyak variasi
Peran pemerintah dalam memperkenalkan dan meningkatkan produksi batik Indonesia
Pertama, Semua pegawai negeri yang berjumlah sekitar 4 juta orang wajib memakai batik setiap Jumat. Ini termasuk semua pejabat tertinggi negara dan tinggi negara. Sejak tahun 1980-an, karyawan bank pelat merah memakai batik setiap akhir pekan.
Kedua, pemerintah juga perlu mewajibkan semua pelajar untuk mengenakan batik setiap Senin. Kewajiban ini sudah dijalankan oleh beberapa sekolah namun belum merata. Pemberdayaan model ini sesungguhnya merupakan edukasi pragmatis bagi generasi mendatang dalam mengembangkan produk dalam negeri.
Ketiga, peserta seminar, workshop dan pelatihan wajib mengenakan pakaian batik pada pembukaan acara tersebut, termasuk dalam sidang wakil rakyat. Acara ini patut dianggap sebagai momen penting untuk mengembangkan produk dalam negeri.
Keempat, Mengadakan Word Batik Summit
          Kelima, menggelar kompetisi batik bertajuk "American Batik Design Competition (ABDC)".
Perbandingan dan persaingan batik Indonesia dengan batik produksi negara lain.
-                 Joachim Blank, seniman batik Eropa melihat bahwa ada perbedaan mendasar dari batik Indonesia dan Jerman. Blank mengatakan, bahwa perbedaan batik Indonesia dengan Jerman terletak pada warna yang digunakan keduanya. Dalam pandangannya, batik Eropa bersifat lebih kontemporer sementara batik Indonesia berani memadupadankan warna dan perbedaan batik Indonesia dan Eropa juga terletak pada proses pembuatannya. Kami menggunakan beberapa teknik seperti pelukisan pada kain, sedangkan Indonesia masih menggunakan teknik tradisional yang masih membutuhkan dua-tiga proses pengerjaan.

-       Batik Indonesia bahan bakunya terdiri dari kain batik dengan bahan baku gondorukem dan menggunakan canting dalam proses produksinya. Untuk batik cap, menggunakan bahan baku katun dan mempunyai teknik khusus dalam membuat produknya, sedangkan Batik asal China, diproduksi dengan menggunakan mesin tanpa keterampilan dari manusia. Batik China hanya di-print, dan harganya lebih murah, serta proses produksinya tidak sesuai dengan ketentuan UNESCO.

-       Perbedaan-perbedaan antara batik Indonesia dengan batik yang dibuat oleh Malaysia, antara lain: batik Indonesia dibuat dengan tangan, sedangkan batik Malaysia dibuat dengan cara printing. Selain itu motif batik Indonesia mengandung falsafah kehidupan, bukan sekedar tekstil atau motif batik, sebagai contoh: motif Sido Mukti yang hanya boleh dipakai oleh kalangan keluarga keraton, motif Megamendung, Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehinga bentuknya harus menyatu. Untuk membatikpun, ada cara-cara spiritual yang harus ditempuh, misal, membaca mantera atau berpuasa lebih dulu. Ini tidak terjadi dalam proses batik Malaysia. Batik Negeri Jiran mudah dikenali. Warnanya mencolok dan motifnya terbatas, abstrak atau bunga maupun tumbuhan.  Corak batik Malaysia, dihasilkan dalam dua bentuk utama yaitu organik dan geometrik. Organik berunsurkan alam atau natural seperti awan larat, tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan, dan hewan. Contoh motif organik, seperti motif ayam, bunga buluh, kerak nasi, bunga kotak bercampur, anggrek, bunga raya dan daun sirih. Sedang motif geometrik seperti pucuk rebung, rama-rama, dan siput.

KESIMPULAN
                Sekarang ini kata batik sudah banyak dikenal di luar negeri. Baik wanita maupun pria Indonesia dari berbagian suku gemar memakai bahan pakaian yang dihiasi pola batik ataupun kain batiknya sendiri, yang dibuat dan digunting menurut selera masing masing. Para turis asing ataupun pejabat-pejabat asing yang tinggal di Indonesia sangat gemar akan batik dan sering membawanya pulang sebagai oleh-oleh.
Museum batik yang ada di Belanda, yaitu Tropenmuseum yang mengkoleksi ribuan jenis kain batik, selalu saja dipadati oleh pengunjung, dan ini juga berarti sarana promosi yang efektif dalam mempopulerkan tradisi busana batik khas Indonesia di tingkat internasional. Pameran batik di luar negeri, terutama di negeri Belanda senantiasa banyak diminati pengunjung.  Bahkan publikasi pameran batik di Belanda sering dimuat di majalah-majalah seperti majalah Round About dan majalah Moesson, yang tidak hanya terbit di Belanda, namun juga terbit di seluruh Eropa, Amerika, dan Australia. Batik khas Indonesia bahkan pernah diliput oleh majalah Island, Amerika. Acara peragaan busana batik Indonesia juga pernah ditayangkan oleh Fashion TV, sebuah televisi Perancis yang mengkhususkan diri pada penayangan peragaan busana dari berbagai negara.  Sungguh sayang bila berbagai kesempatan yang ada kita lewatkan begitu saja. Bila pemerintah dan para pengrajin batik mau berusaha bersama-sama untuk berusaha lebih keras mendaftar setiap jenis motif dan kekhasan batik tradisional untuk dipatenkan secara internasional, maka hal ini jelas akan merupakan sebuah peluang yang baik bagi berkembangnya bisnis batik berpangsa pasar internasional. Sehingga diharapkan kedepannya perkembangan batik Indonesia akan menjadi semakin produktif, dan semakin meningkatkan perdagangan batik apalagi batik adalah salah satu produk andalan dari Indonesia, serta usaha – usaha batik lokal dapat lebih maju dan mampu bersaing dalam perdagangan internasional dan pemerintah dapat membantu dengan mengurangi hambatan dalam memperluas pasar batik ke luar negeri.


2 comment:

{ Unknown } at: Senin, 31 Agustus 2015 pukul 09.36.00 PDT mengatakan...

ulasan yang bagus..

{ Unknown } at: Kamis, 01 September 2016 pukul 21.28.00 PDT mengatakan...

ssiipppp sekali.....informatif :i

Posting Komentar

give me a positive comment :)

 

Copyright © 2010 Every Step That I Take Along With God Blogger Template by Dzignine