PENDAHULUAN
Pengertian
Kerajinan batik ini di
Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga
kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat Indonesia
dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal abad XIX.
Batik yang dihasilkan ialah batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap
dikenal baru setelah usai Perang Dunia I atau sekitar 1920. Kini batik sudah
menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia. Batik adalah salah satu cara
pembuatan bahan kain. Selain itu batik bisa
mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan
malam, teknik ini adalah salah satu bentuk seni kuno yang berguna untuk
mencegah pewarnaan sebagian dari kain.
Dalam literature Internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau
busana yang dibuat dengan teknik
tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki
kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta
pengembangan motif dan budaya yang terkait. Batik juga termasuk jenis kerajinan
yang memiliki nilai seni tinggi dan
telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa
di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan
membatik adalah pekerjaan eksklusif
bagi kaum perempuan. Semenjak
industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis
baru muncul, dikenal sebagai “Batik Cap
dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya
laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu
batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak
“Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah
lazim bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional yang diproduksi dengan
teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Tradisi
membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang
kala suatu motif dapat dikenal berasal
dari batik keluarga tertentu. Beberapa
motif batik dapat
menunjukkan status
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif
batik tradisonal hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan
Surakarta.
Sejarah
batik Indonesia
Sejarah
batik yang tepat tidak dapat dipastikan tetapi artifak bati berusia lebih 2000 tahun pernah ditemui. Dari manapun
asalnya, hasil seni ini telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis
corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya
sesuai dengan filosofi dan budaya masing- masing daerah yang amat beragam. Khas budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya
berbagai corak dan jenis batik
tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri. Pemakaian batik dalam busana tradisi
mempunyai sejarah yang lama berlangsung dari zaman
awal tamadun Melayu. Dipakai oleh semua golongan, dari raja ke bangsawan
sampai rakyat jelata, batik menzahirkan dirinya sebagai seni asli yang praktikal dan popular. Dalam
tradisi penulisan kain cindai misalnya disebut dalam banyak hikayat-hikayat
silam. Batik menjadi hadiah perpisahan dan perlambangan cinta dalam hikayat
Malim Demam dan dijadikan tanda penganugerahan derajat dalam Hikayat Hang Tua.
Perkembangan
batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di
Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan majapahit dan kerajaan
sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada
masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada
masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian
yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dahulu. Awalnya batik
dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan
keluarga serta para pengikutnya.
Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka
kesenian batik ini dibawah oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya
masing-masing. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh
rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam
rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya
hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun
pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan
sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari
tumbu-tumbuhan asli Indonesia yang
dibuat sendiri antara lain : pohon mengkudu, soga, nila, dan bahan sodanya
dibuat dari soda abu, serta garamnya
dibuat dari tanah lumpur. Jadi kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak
zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya.
Adapun mulai meluasnya kesenian batik
ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir
abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik
tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang
dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional
Indonesia. Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik
memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh di pakai oleh kalangan tertentu.
Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang
asing dan juga para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh
Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat,
karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
·
Adapun
jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Indonesia sampai
saat ini adalah sebagai berikut :
1. Batik Pekalongan
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan,
memperlihatkan pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantar.
Ikon bagi karya seni yang tak pernah
menyerah dengan perkembangan
zaman dan selalu dinamis. Kini batik
sudah menjadi nafas kehidupan
sehari-hari warga Pekalongan dan
merupakan salah satu produk unggulan.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya industri yang
menghasilakan produk batik.
Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai
Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu
tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang
panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan
keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru. Batik Pekalongan
termasuk batik pesisir yang paling kaya
akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya
bersifat naturalis. Jika dibandingkan dengan batik pesisir lainnya. Batik Pekalongan
ini sangat dipengaruhi pendatang
keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangant
bebas, dan menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan variasi warna
yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani,
dan kombinasi yang dinamis. Keistimewaan Batik
Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan zaman.
Misalnya pada waktu penjajahan jepang,
maka lahir batik dengan nama ” Batik Jawa Hokokai” yaitu batik dengan motif dan
warna yang mirip kimono Jepang. Pada tahun enam puluhan juga diciptakan batik
dengan nama ”Tritura”. Bahkan pada tahun 2005,sesaat setelah presiden SBY
diangkat muncul batik dengan motif ”SBY” yaitu motif batik yang mirip dengan
kain tenun ikat dan songket. Warga Pekalongan tidak perna kehabisan ide untuk
membuat kreasi motif batik.
2. Batik Mega Mendung
Hampir di seluruh
wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas. Tentu saja ada
daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan Pekalongan,
tetapi kekayaan seni batik
daerah Cirebon juga tidak kalah disbanding kota-kota lainnya. Menurut
sejarahnya, di daerah cirebon terdapat
pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar
negri. Salah satu pendatang yang cukup
berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya. Dalam
Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung
Jati yang mengembangkan ajaran
Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong
TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik.
Motif-motif pada keramik yang dibawa dari
negeri Cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi
perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina. Salah satu motif yang paling terkenal
dari daerah Cirebon adalah batik Mega Mendung
atau Awan-awanan. Pada
motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun warnanya bergaya selera cina. Motif
Mega Mendung melambangkan pembawa hujan
yang dinanti-natikan sebagai pembawa
kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna
biru, mulai biru muda hingga biru tua.
Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi
kehidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.
3. Batik motif Truntun
Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol
dari cinta yang bersemi kembali. Menurut
kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.
Sang Ratu yang selama ini dicintai dan
dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai
kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan
menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu
membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini
menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian
Raja yang kemudian mulai mendekati
Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak
itu Raja selalu memantau perkembangan
pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif
ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini
diberi nama Truntum, sebagai lambang
cinta Raja yang bersemi kembali.
4.
Batik Jlamprang
Motif – motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah salah satu
batik yang cukup popular diproduksi
di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif
kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang
atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat.
Batik Jlamprang ini diabadikan menjadi
salah satu jalan di Pekalongan.
5. Batik Pegantin
Setiap motif pada batik tradisional klasik
selalu memiliki filosofi tersendiri. Pada motif Batik, Khususnya dari daerah jawa
tengah, terutama Solo dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini ada hubungannya dengan arti atau makna
filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang dianggap
sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu,
diantaranya pada upacara perkawinan. Motif Sido-Mukti
biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan,
dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang).
Sido berarti terus menerus atau
menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. Jadi
dapat disimpulkan motif ini melambangka
harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai.
Selain Sido Mukti terdapat pula motif
Sido Asih yang maknanya hidup dalam kasih sayang. Masih ada lagi motif Sido
Mulyo yang berarti hidup dalam kemuliana dan Sido Luhur yang berarti dalam
hidup selalu berbudi luhur. Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya dipakai pasangan
pengantin yaiu motif Ratu Ratih
berpasangan dengan Semen Rama, yang melambangkan
kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya masih banyak lagi motif
yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan melambangkan
harapan, pesan, niat dan itikad baik kepada pasangan pengantin. Pada Upacara
Perkawinan Orang tua pengantin biasanya
memakai motif Truntum yang dapat pula berarti menuntun, yang maknanya
menuntun kedua mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan
baru yaitu berumah tangga. Dikenal juga motif Sido Wirasat, wirasat berarti
nasehat, dan pada motif ini selalu terdapat kombinasi motif truntum di
dalamnya, yang melambangkan orangtua akan selalu memberi nasehat dan
menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan berumah tangga.
6. Batik Tiga Negeri
Kerumitan membuat
sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup jika kita tahu sejarah motif
Batik Ttiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri merupakan gabungan batik khas
Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah memiliki otonomi
sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan motifnya yang khas masing-masing
daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang membuat batik ini memiliki nilai seni
tinggi adalah prosesnya. Konon menurut para
pembatik, air disetiap daerah
memiliki pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal karena
kandungan mineral air tanah berbeda
menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di masing-masing daerah.
Pertama, kain batik ini dibuat di Lasem
dengan warna merah yang khas, seperti merah darah, setelah itu kain batik
tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik
dengan warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas
di kota Solo. Mengingat sarana
transportasi pada zaman itu tidak sebaik sekarang, maka kain Batik Tiga Negeri
ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece batik. 7. Batik Pagi Sore Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman
penjajahan Jepang. Pada waktu itu karena
sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi sore.
Satu kain batik
dibuat dengan dua
desain motif yang
berbeda. Sehingga jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif yang
satu, maka sore harinya kita dapat
mengenakan motif yg berbeda dari sisi kain yang lainnya,jadi terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda
padahal hanya 1 lembar kain. Tentu
saja sekarang jarang
sekali orang yang
memakai kain kebaya
(jarik) untuk sehari-hari, tetapi
motif pagi/sore masih
banyak di buat
pada produk batik
lainnya. Biasanya kain
sutra ada yang
dibuat 2 motif
pada satu lembar kain jadi dapat dibuat dua baju, ada
pula scarf yang biasa dipakai untuk jilbab, dibuat setengah polos dan setengah
motif. Batik pagi sore memang alternatif untuk memiliki ragam batik dengan
biaya terbatas.
·
Jenis-jenis
Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut :
-Batik Tulis
adalah kain yang
dihias dengan teksture
dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik
jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
-Batik Cap
adalah kain yang
dihias dengan teksture
dan corak batik
yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses
pembuatan batik jenis ini membutuhkan
waktu kurang lebih 2-3 hari.
-Batik Lukis adalah
proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
·
Jenis-jenis
Batik Berdasarkan Asal Pembuatannya adalah sebagai baerikut:
-Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah
warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai
orang Jawa dari turun temurun.Batik Jawa mempunyai motif-motif yang
berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu
mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung
makna yang mereka dapat dari leluhur
mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik
jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik
Solo.
Mempatenkan Batik
Menurut
undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif
yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil penemuannya di bidang
teknologi. Paten diberikan untuk selama waktu tertentu karena melaksanakan
sendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakannya.
Kita
sambut gembira masuknya batik Indonesia dalam 76 warisan budaya non-benda dunia. Hal ini memiliki makna bahwa
kita telah mempatenkan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Meskipun dari 76
seni dan budaya warisan dunia yang diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Indonesia hanya menyumbangkan satu,
sementara China 21 dan Jepang 13 warisan. Jumlah ini jangan menyurutkan rasa
gembira dan rasa syukur kita.
Semangat
untuk mempatenkan motif batik di daerah-daerah harus terus didorong.
Teringatlah kita kepada Malaysia. Demi memiliki identitas, negara itu gencar
mengklaim batik, reog, tari pendet, beberapa judul lagu, dan angklung sebagai
milik sendiri. Kita desak Malaysia meminta maaf. Dengan bermacam dalih, mereka
meminta maaf walaupun pada saat bersamaan terus mencari celah kelalaian kita.
Jajak pendapat Kompas (31/8/2009)
menunjukkan reaksi keras atas dipakainya simbol-simbol kebudayaan lokal
Indonesia dalam iklan pariwisata Malaysia. Kita bangga atas kekayaan budaya
kita, sebaliknya kita tidak mengenali dan memanfaatkannya.
Kata
kuncinya kelalaian. Kita lalai tidak mengenal budaya sendiri, alih-alih mengurus hak kekayaan
intelektual dan hak cipta. Sementara Malaysia, yang bangga atas kemajuan
ekonomi, bermasalah ketika tidak memiliki identitas budaya. Padahal sebuah
bangsa menjadi besar jika memiliki identitas yang kuat. Untuk menghindarkan
klaim negara lain terhadap produk budaya nasional, Indonesia perlu segera
mematenkannya di lembaga internasional. Kalau lalai, negara lain seperti
Malaysia akan mengklaimnya sebagai produk budaya mereka.
Contoh-contoh
di atas menunjukkan urgensi dan perlu proaktifnya pendataan dan perlindungan
hak cipta atas karya pribadi dan hak paten atas karya komunal. Kalau lalai, tidak saja kekayaan budaya
hilang, bahkan berakibat buruk hilangnya identitas budaya kita.
Prosedur
yang ditempuh untuk pengakuan itu dilakukan sesuai Konvensi Unesco tahun 2003
tentang Warisan Budaya Tak Benda. Konvensi Unesco tersebut telah diratifikasi
oleh pemerintah melalui PP Nomor 78 Tahun 2007 dan, terhitung 15 Januari 2008,
Indonesia resmi menjadi Negara Pihak Konvensi. Dengan demikian, Indonesia
berhak menominasikan mata budayanya untuk dicantumkan dalam daftar
representatif Unesco.
UU.
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menjamin perlindungan hak kekayaan
intelektual komunal ataupun personal. Daerah diberi kebebasan mendaftarkan agar
mendapat perlindungan sebagai kekayaan budaya bangsa. Upaya itu sudah dilakukan
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Pemprov Bali. DIY
menyangkut batik gaya Yogyakarta, sedangkan Bali terkati dengan tarian dan
tetabuhan musik. Dalam UU ini, hak cipta didefinisikan sebagai, "Hak eksklusif
bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1 ayat 1).
PEMBAHASAN
Teori
Keunggulan Mutlak (Absolutely Adventage Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith pakar ekonomi
bangsa Inggris dalam bukunya The Wealth of Nation tahun 1776. Teori ini
menyebutkan bahwa perdagangan antara dua negara terjadi apabila dua negara itu
mempunyai perbedaaan keunggulan absolut pada barang yang dihasilkan tiap-tiap
negara.
Penjualan
batik di pasar Internasional
Seperti yang disebutkan Michael Hitchcock dalam
Indonesia Textiles, pada abad ke 19, para ahli dan pedagang eropa mulai
tertarik pada batik. Batik Indonesia dari abad 19 tersebut menjadi koleksi
antara lain The British Museum yang didapatkan Sir Thomas Stamford Raffles saat
bertugas di Jawa antara 1811- 1815. Koleksi Raffles ini tidak pernah dapat
dinikmati publik secara lengkap karena saat beliau kembali ke Inggris kapalnya
terbakar dan menghanguskan sebagian besar koleksinya.
Selepas kembalinya Raffless dengan koleksi batiknya,
pada abad itu beberapa usaha untuk memproduksi batik dilakukan di Eropa.
Inggris mencoba memproduksi imitasi batik cetak yang lebih murah
dibanding aslinya. Namun mereka tidak dapat menyamai pewarna tradisional
Indonesia dan harus menggunakan bayak material untuk meniru desain buatan
tangan. Akhirnya upaya ini terhalang oleh biaya produksi yang mahal.
Belanda menggunakan pendekatan berbeda. Beberapa
pembatik Indonesia dikirim ke Belanda untuk mengajari para pekerja Belanda.
Beberapa pekerja Belanda kemudian dikirim ke Jawa untuk memproduksi batik dalam
perusahaan yang dikelola negara. Belanda juga membuat beberapa pabrik batik di
negerinya sendiri, yang pertama dibangun di Leiden pada tahun 1835.
Swiss
memulai ekspor imitasi batik satu dekade berikutnya, namun produksinya kemudian
menurun. Jerman lebih sukses dengan memproduksi masal kain batik pada tahun
1900-an dengan pena kaca dan resist atau penolak warna yang dipanaskan dengan
listrik.
Seniman dan industrialis Eropa mendapat keuntungan dari
batik. Bahkan disebutkan bahwa gerakan art nouveau mendapat pengaruh dari Jawa,
terutama di Belanda. Namun kemudian stagnasi ekonomi terjadi tahun 1920-an
membuat permintaan batik hasil industri menurun, dan pasar batik akhirnya hanya
dimiliki perusahaan batik berskala kecil di Eropa dan Indonesia.
Pengusaha batik di Eropa tetap bertahan selama 1930an
karena permintaan lokal. Namun produksi dan permintaan batik menurun lagi
selama Perang Dunia II, walaupun kemudian bangkit lagi setelah perang usai.
Kini batik memang telah menyebar ke seluruh dunia, namun Indonesia, terutama
Pulau Jawa tetap merupakan pusat batik dunia.
Untuk meningkatkan
daya saing produk batik Indonesia dan menembus pasar internasional, Kementerian
Perindustrian RI bekerja sama dengan Japan External Trade Organization (Jetro)
untuk memamerkan produk tersebut dalam Tokyo Fashion Week pada Januari 2013
mendatang.
Negara tujuan ekspor batik Indonesia antara lain
Amerika Serikat, Belgia, Prancis, Inggris, Jerman.
Peran
batik terhadap perekonomian nasional
Jendela dunia bisnis terbuka lebar ketika
pada 2 Oktober 2009 lalu, UNESCO mendeklarasikan batik Indonesia sebagai warisan
budaya dunia. Sejatinya, inilah tantangan bagi kita untuk mengangkat batik
sebagai salah satu pilar ekonomi rakyat. Deklarasi itu ternyata mampu
membangkitkan spirit “berbatik ria” di masyarakat Indonesia. Kabarnya,
penjualan batik di sejumlah gerai batik laku keras alias laris manis. Inilah
euforia batik. Dengan bahasa lebih bening, euforia batik bakal lebih
mendatangkan aura positif bagi pertumbuhan dan pengembangan perekonomian
nasional.
Tabel
1: Nilai Ekspor Batik Nasional 2004-2009
Tahun
|
Nilai Ekspor
Batik Nasional
|
2004
|
US$ 34,41 juta
|
2005
|
US$ 12,46 juta
|
2006
|
US$ 14,27 juta
|
2007
|
US$ 20,89 juta
|
2008
|
USS 32,28 juta
|
Triwulan I 2009
|
US$ 10,86 juta
|
Sumber: Suara Pembaruan, 3 Oktober 2009.
Realisasi
ekspor hingga semester 1 tahun 2009 baru mencapai US$ 10,86 juta. Artinya, baru
mencapai 33,64% dibandingkan dengan kinerja ekspor pada 2008. Banyak yang
berharap, euforia batik bakal mampu mengerek kinerja ekspor batik nasional.
Sehingga pada gilirannya akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyerap
tenaga kerja.
Pemerintah
menargetkan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) – termasuk di dalamnya
batik – mencapai sekitar US$11,8 miliar pada 2009. Itu sedikit meningkat
dibanding proyeksi ekspor tahun 2008 sebesar US$11 miliar. Industri TPT masih
menjadi salah satu industri prioritas yang akan dikembangkan karena mampu
memberi kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional.
Industri
TPT 2006 lalu menyerap 1,2 juta tenaga kerja, tidak termasuk industri kecil dan
rumah tangga. Selain itu menyumbang devisa sebesar US$9,45 miliar pada 2006 dan
US$10,03 miliar pada 2007. Secara konsisten industri TPT memberi surplus (net
ekspor) di atas US$5 miliar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Oleh
karena itu, pemerintah menargetkan 2009 ekspor TPT mencapai US$11,8 miliar
dengan penyerapan 1,62 juta tenaga kerja.
Pasar
terbesar batik Indonesia
Pasar ekspor terbesar batik Indonesia adalah Amerika, Eropa
dan Jepang. “Pasar utama kita Amerika, Jepang dan Eropa. Berdasarkan data yang
dirilis Kementerian Perdagangan (Kemendag), dari tahun 2006 hingga 2011, pangsa
pasar eskpor Batik ke Amerika menduduki peringkat pertama. Tercatat pada tahun
2011, pangsa pasar ekspor Batik ke Amerika sebesar 35,63 dengan nilai US$
24,668 juta. Semenlara pangsa pasar Eropa secara komunal berada pada urutan
kedua. Kemudian diikuti Jepang dengan pangsa pasar sebsar 10,90 % dan nilai US$
7,547 juta. Nilai ekspor Batik ke semua Negara tujuan, sempat mengalami puncak
di tahun 2008 hampir 100 juta dolar AS, tepatnya US$ 93,09 juta.Setelah itu,
turun seiring pengaruh dari krisis global.
Negara
yang memproduksi batik
Saat ini batik sudah mulai mendunia dan banyak negara yang
ikut memproduksi batik seperti Indonesia. Sejumlah negara yang memproduksi
batik antara lain Malaysia, Turki, China, India, Bangladesh, Vietnam, Jepang,
Singapura, Afrika Selatan, Polandia, Thailand, Belanda, Swiss, Kanada, Jerman.
Hambatan
penjualan batik Indonesia di pasar lokal dan internasional
·
Sumber Daya Manusia (SDM). Misalnya,
generasi pembatik umumnya sudah berusia relatif lanjut, sehingga perlu upaya
khusus untuk menggugah minat kalangan muda untuk terjun ke usaha batik. Masalah
lain yang harus diatasi adalah masalah pendanaan, ketenagakerjaan, dan
penanganan penyelundupan. Saat ini industri TPT diakui juga menghadapi masalah
daya saing terkait usia mesin industri tersebut yang sebagian besar (sekitar
75%) berusia sekitar 20 tahun sehingga membutuhkan peremajaan mesin baru untuk
bersaing di pasar internasional dan domestik yang semakin ketat.
· Dari
sisi teknologi, para pengusaha industri batik umumnya belum melakukan perbaikan
sistem dan teknik produksi agar lebih produktif dan mutunya bisa sama untuk
setiap lembar kain batik. Itu belum termasuk pemakaian zat warna alam yang
masih belum mendapat hasil stabil satu sama lain. Dilihat dari sisi
ketersediaan bahan baku sutera,
jumlahnya masih kurang dari permintaan pasar. Selain itu, serat dan
benang sutera umumnya masih impor. Dari sisi pemasaran, adalah tantangan dari
negara pesaing yang semakin meluas antara lain dari Malaysia, Thailand,
Singapura, Vietnam, Afrika Selatan dan Polandia. Segi pemasaran batik Indonesia
juga belum fokus untuk mengangkat batik Indonesia sebagai high fashion
dunia.
· Terkait
masalah Hak
Kekayaan Intelektual (HKI), ditengarai bahwa motif-motif batik tradisional,
belakangan ini banyak ditiru oleh para perajin dari negara-negara lain. Kondisi
tersebut terjadi karena usaha perlindungan HKI di negara ini belum maksimal.
Dalam kaitan tersebut, sesungguhnya kegiatan dokumentasi motif batik sudah
banyak dilakukan oleh masyarakat, bahkan Departemen Perindustrian telah
mendokumentasi sebanyak 2.788 motif batik dan tenun tradisional dalam bentuk CD
(Compact Disc).
·
Tidak
stabilnya harga bahan baku dan munculnya kain tekstil bermotif batik asal china
·
konsumen
cenderung berpatokan membeli kain batik dengan harga murah tanpa memperdulikan
kwalitas barang yang dibelinya tersebut.
·
Desain
produk batik tradisional yang monoton kurang kreatif penggunaan bahan baku dan
pewarna belum banyak variasi
Peran
pemerintah dalam memperkenalkan dan meningkatkan produksi batik Indonesia
Pertama,
Semua pegawai negeri yang berjumlah sekitar 4 juta orang wajib memakai batik
setiap Jumat. Ini termasuk semua pejabat tertinggi negara dan tinggi negara.
Sejak tahun 1980-an, karyawan bank pelat merah memakai batik setiap akhir
pekan.
Kedua,
pemerintah juga perlu mewajibkan semua pelajar untuk mengenakan batik setiap
Senin. Kewajiban ini sudah dijalankan oleh beberapa sekolah namun belum merata.
Pemberdayaan model ini sesungguhnya merupakan edukasi pragmatis bagi generasi
mendatang dalam mengembangkan produk dalam negeri.
Ketiga,
peserta seminar, workshop dan pelatihan wajib mengenakan pakaian batik pada
pembukaan acara tersebut, termasuk dalam sidang wakil rakyat. Acara ini patut
dianggap sebagai momen penting untuk mengembangkan produk dalam negeri.
Keempat,
Mengadakan Word Batik Summit
Kelima, menggelar
kompetisi batik bertajuk "American Batik Design Competition (ABDC)".
Perbandingan
dan persaingan batik Indonesia dengan batik produksi negara lain.
-
Joachim Blank, seniman batik Eropa
melihat bahwa ada perbedaan mendasar dari batik Indonesia dan Jerman. Blank
mengatakan, bahwa perbedaan batik Indonesia dengan Jerman terletak pada warna
yang digunakan keduanya. Dalam pandangannya, batik Eropa bersifat lebih
kontemporer sementara batik Indonesia berani memadupadankan warna dan perbedaan
batik Indonesia dan Eropa juga terletak pada proses pembuatannya. Kami
menggunakan beberapa teknik seperti pelukisan pada kain, sedangkan Indonesia
masih menggunakan teknik tradisional yang masih membutuhkan dua-tiga proses
pengerjaan.
-
Batik
Indonesia bahan bakunya terdiri dari kain batik dengan bahan baku gondorukem
dan menggunakan canting dalam proses produksinya. Untuk batik cap, menggunakan
bahan baku katun dan mempunyai teknik khusus dalam membuat produknya, sedangkan
Batik asal China, diproduksi dengan menggunakan mesin tanpa keterampilan dari
manusia. Batik China hanya di-print, dan harganya lebih murah, serta
proses produksinya tidak sesuai dengan ketentuan UNESCO.
-
Perbedaan-perbedaan
antara batik Indonesia dengan batik yang dibuat oleh Malaysia, antara
lain: batik Indonesia dibuat dengan tangan, sedangkan
batik Malaysia dibuat dengan cara printing. Selain itu motif batik Indonesia
mengandung falsafah kehidupan, bukan sekedar tekstil atau motif batik, sebagai
contoh: motif Sido Mukti yang hanya boleh dipakai oleh
kalangan keluarga keraton, motif Megamendung, Megamendung
melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehinga bentuknya harus menyatu.
Untuk membatikpun, ada cara-cara spiritual yang harus ditempuh, misal,
membaca mantera atau berpuasa lebih dulu. Ini tidak terjadi dalam proses
batik Malaysia. Batik Negeri Jiran mudah dikenali. Warnanya mencolok dan
motifnya terbatas, abstrak atau bunga maupun tumbuhan. Corak batik Malaysia, dihasilkan dalam dua
bentuk utama yaitu organik dan geometrik. Organik berunsurkan alam atau natural
seperti awan larat, tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan, dan hewan. Contoh motif
organik, seperti motif ayam, bunga buluh, kerak nasi, bunga kotak bercampur,
anggrek, bunga raya dan daun sirih. Sedang motif geometrik seperti pucuk
rebung, rama-rama, dan siput.
KESIMPULAN
Sekarang
ini kata batik sudah banyak dikenal di luar negeri. Baik wanita
maupun pria Indonesia dari berbagian suku gemar memakai bahan pakaian yang
dihiasi pola batik ataupun kain batiknya sendiri, yang dibuat dan digunting
menurut selera masing masing. Para turis asing ataupun pejabat-pejabat asing
yang tinggal di Indonesia sangat gemar akan batik dan sering
membawanya pulang sebagai oleh-oleh.
Museum batik yang ada di Belanda, yaitu Tropenmuseum
yang mengkoleksi ribuan jenis kain batik, selalu saja dipadati oleh pengunjung,
dan ini juga berarti sarana promosi yang efektif dalam mempopulerkan tradisi
busana batik khas Indonesia di tingkat internasional. Pameran batik di luar
negeri, terutama di negeri Belanda senantiasa banyak diminati pengunjung.
Bahkan publikasi pameran batik di Belanda sering dimuat di majalah-majalah
seperti majalah Round About dan majalah Moesson, yang tidak hanya terbit di
Belanda, namun juga terbit di seluruh Eropa, Amerika, dan Australia. Batik khas Indonesia bahkan pernah diliput oleh
majalah Island, Amerika. Acara peragaan busana batik Indonesia juga pernah
ditayangkan oleh Fashion TV, sebuah televisi Perancis yang mengkhususkan diri
pada penayangan peragaan busana dari berbagai negara. Sungguh sayang bila
berbagai kesempatan yang ada kita lewatkan begitu saja. Bila pemerintah dan
para pengrajin batik mau berusaha bersama-sama untuk berusaha lebih keras
mendaftar setiap jenis motif dan kekhasan batik tradisional untuk dipatenkan
secara internasional, maka hal ini jelas akan merupakan sebuah peluang yang
baik bagi berkembangnya bisnis batik berpangsa pasar internasional. Sehingga
diharapkan kedepannya perkembangan batik Indonesia akan menjadi semakin
produktif, dan semakin meningkatkan perdagangan batik apalagi batik adalah
salah satu produk andalan dari Indonesia, serta usaha – usaha batik lokal dapat
lebih maju dan mampu bersaing dalam perdagangan internasional dan pemerintah
dapat membantu dengan mengurangi hambatan dalam memperluas pasar batik ke luar negeri.
2 comment:
ulasan yang bagus..
ssiipppp sekali.....informatif :i
Posting Komentar
give me a positive comment :)