Apakah posisi Cina dalam formasi Flying Geese mengalami perubahan ?

| Minggu, 27 Oktober 2013


NAMA                    : RIA ROSIANNA S.
NIM                       : 1002045106
MATAKULIAH         : HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA PASIFIK
KELAS                     : HI REGULER B ‘10

Soal
Apakah posisi Cina dalam formasi Flying Geese mengalami perubahan ?

Jawaban
TEORI ANGSA TERBANG ( FLYING GEESE THEORY)
Teori ini menggambarkan bahwa perkembangan perekonomian kawasan Asia Pasifik layaknya seperti kawanan angsa dengan Jepang sebagai leadernya. Sedangkan, angsa-angsa lain seperti; Cina, Korsel, Taiwan, dan negara-negara Asia Tenggara berfungsi penyedia tempat bagi industri padat karya Jepang yang sangat tergantung pada teknologi Jepang. Kawasan Asia Tenggara berada pada posisi yang paling belakang dari formasi ini, namun demikian setiap angsa akan mengepakkan sayapnya guna memberikan "daya dukung". Dengan kata lain, angsa yang terbang di belakangnya tidak perlu bersusah-payah untuk menembus 'dinding udara' yang ada di depannya.
Model pertumbuhan ekonomi angsa terbang di Asia Pasifik yang di dalamnya dapat kita lihat formasi sektor-sektor industri, dimana  Jepang sebagai pemimpin dalam formasi angsa terbang ini “menarik maju” sesama negara kawasan Asia Pasifik, utamanya negara industri baru (NIEs) dan ASEAN. Kibasan sayap Jepang dan NIES secara aeoridinamis menarik kawanan angsa di kawasan Asia Pasifik lainnya, sehingga laju pertumbuhan ekonominya pun mengikuti sang pemimpin dalam formasi victory. Terbukti bahwa ekonomi negara industri baru di Asia Pasifik tumbuh secara akseleratif, sebagai contoh Taiwan, Korea, dan Singapura. Percepatan laju pertumbuhan ekonomi kawasan ini menarik negara-negara di kawasan Asia Tenggara, sehingga Malysia, Thailand, Filipina, dan juga Indonesia.  Karena terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bangsa-bangsa Asia Pasifik, di mana sumber daya alam, budaya, agama, dan warisan sejarah saling memberikan kontribusi yang nyata dengan Jepang sebagai yang terdepan.
Paradigma Angsa Terbang” (Flying Geese Paradigm), yang intinya mendorong negara-negara Asia harus segera mengejar ketertinggalan dari bangsa Barat, dapat membentuk barisan seperti angsa terbang agar industri manufaktur primer dapat terus dialihkan dari negara makmur di Asia ke negara-negara berkembang di Asia, kemudian seluruh Asia menjadi satu kesatuan seperti sekelompok angsa yang terbang membentuk formasi untuk maju bersama, mengejar ketertinggalan dari bangsa Barat. Angsa-angsa yang berada di depan selalu diikuti angsa-angsa lain kemanapun ia pergi. Ia menjadi navigator. Tetapi dalam perjalanannya ternyata tak banyak angsa yang bisa terus berada di depan. Ia bisa goyah dan gundah sehingga kedudukannya diganti yang lain.
POSISI CINA SAAT INI
Sejak terjadinya krisis keuangan di Asia pada tahun 1997, kepemimpinan Jepang mulai menurun. Krisis ekonomi dalam negeri Jepang yang berkepanjangan telah menghambat kemampuan Jepang untuk memainkan peranan pemimpin pergerakan ekonomi di kawasan secara maksimal. Para ahli percaya bahwa Jepang harus memecahkan masalah-masalah ekonominya dengan mengimplementasikan stimulus ekonomi, mereformasi sistem perbankan dan finansial, serta melaksanakan reformasi institusional, namun Jepang menentang tekanan untuk mereformasi dan merangsang perekonomian Jepang yang stagnan dengan alasan keamanan sosial. Investasi di AS juga kian tidak efisien, seiring dengan mahalnya upah tenaga kerja. Karena itu, banyak industri yang direlokasi ke Asia yang kaya penduduk dan sumber daya alam. Realitasnya, Amerika Serikat (AS) justru kian bergantung pada Cina, dimana defesit anggaran AS tahun 2009 melampaui 8,1 trilliun dollar AS dengan utang kumulatif mendekati 12 trilliun dollar AS. Memasuki tahun 2012, terdapat fenomena yang sangat menarik mengenai perkembangan teori angsa terbang. Dimana, Cina akan mengeser posisi Jepang sebagai pemimpinnya.
Kebangkitan ekonomi Cina dalam dasa warsa terakhir menjadikannya sebagai negara yang akan mengambil alih posisi Jepang. Tanda-tanda ke arah tersebut sudah terlihat jelas, dimana Cina telah menjadi salah satu negara industri terbesar di dunia dengan menyedot ketersediaan sumber daya alam dan manusia. Produknya telah membanjiri pasar-pasar di berbagai belahan dunia. Demikian pula, kemajuan iptek Cina mengalami lompatan yang sangat signifikan. Pencapaian secara ekonomi tentu akan berhubungan dengan posisi politik Cina di forum internasional. Semula, investasi di Cina hanya dikenal untuk produk-produk seperti pakaian jadi dan mainan anak-anak. Namun, mereka merambah produk-produk yang canggih, seperti barang-barang elektronik. Investasi asing di Cina tumbuh amat kencang. Pada tahun 2001, tercatat rekor 47 milyar dollar AS. Hingga Agustus 2002, sudah masuk persetujuan 35 milyar dollar AS. Tingginya angka investasi asing ini konsisten dengan pesatnya pertumbuhan ekspor. Pada tahun 2000, ekspor Cina mencapai 250 milyar dollar, tahun 2001 naik menjadi 265 milyar dollar, dan sampai Agustus 2002 ekspor mereka sudah 200 milyar dollar AS. Kini Cina juga telah menjelma menjadi negara produsen barang-barang industri terbesar keempat di dunia, yang hanya kalah dari AS, Jepang, dan Jerman. Oleh karena itu, Cina sangat diperhitungkan sebagai kekuatan ekonomi politik global dengan cadangan devisa 2, 85 triliun dollar AS pada tahun 2011. Pendapatan per kapita Cina sekarang sudah mencapai US$ 1.740 dengan pertumbuhan di atas 9 persen per tahun sejak 1978. Bahkan, Cina sudah mampu melampaui Perancis, Jerman dan Inggris sebagai negara dengan ekonomi yang maju. Sekarang, Cina merupakan kekuatan ekonomi yang luar biasa; menjadi pusat industri manufaktur dunia, penyedia dana paling terkemuka, investor utama  dari Afrika sampai Amerika Latin, serta menjadi pusat sumber riset dan pengembangan berbagai industri yang mempunyai pengaruh ekonomi secara luas. Diperkirakan dalam 10 - 15 tahun mendatang, Cina akan mampu melampaui Jepang sebagai negara ekonomi terkuat di dunia, berdasarkan pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat di atas negara-negara maju lainnya. Sementara itu, dengan pesatnya kemajuan dan tingkat pertumbuhan ekonominya yang fenomenal, Cina mulai memosisikan diri sebagai "pemimpin" perkembangan ekonomi di kawasan. Negara ini telah menjadi negara pengekspor ke-4 terbesar di dunia dan menyerap hampir sepertiga dari total investasi asing yang ditujukan ke negara-negara berkembang.
KESIMPULAN
Krisis yang baru-baru saja terjadi di Amerika Serikat kembali menegaskan bahwa dunia sedang mencari keseimbangan baru sebagaimana dalam teori ekonomi bahwa faktor ekonomi akan terus bergerak mencari titik ekuilibrium. Saat ini ekonomi dunia memang  masih di dominasi Amerika Serikat, penggunaan mata uang US dolar dalam transaksi perdagangan dunia masih mengukuhkannya sebagai barometer ekonomi dunia.  Sementara Amerika Serikat akan melanjutkan kebijakannya di Asia Pasifik yang dikenal sebagai "pivot" --penyeimbangan kembali dengan meningkatkan kehadiran militer di kawasan-- meskipun anggaran pertahanan negara tersebut berkurang akibat krisis ekonomi. Penyeimbangan kembali wilayah Asia Pasifik adalah respon Amerika Serikat terhadap kebangkitan ekonomi negara-negara Asia. Pertumbuhan ekonomi tinggi yang diraih Cina, India, Korea Selatan, Jepang dan juga negara Asia Tenggara telah mengubah konstelasi kekuatan dunia.
Dunia juga sedang mencari leader baru dalam formasi flying geese. Bisa saja Cina sebagai kekuatan ekonomi baru dunia atau Jepang yang telah lama “mengincar” posisi tersebut. Jepang dan Cina yang kini sedang menghadapi “kembalinya” kepemimpinan Amerika Serikat dengan energy murah (khususnya shale gas, yang di fraktur dari batu-batu di perut bumi, dan biayanya hanya seperempat dari gas-gas alam asal Qatar atau Indonesia).
Hanya saja Jepang tidak bisa lepas dari pengaruh krisis ini, karena Amerika menduduki peringkat pertama sebagai “mitra” dagang Jepang. Prestasi Jepang dalam perekonomian memang tak dapat dianggap enteng pada tahun 2005 saja menjadi Negara dengan standar hidup tertinggi kedua di dunia setelah Amerika, dengan GDP USD 25.800, sementara Amerika USD 35.200.
Kebangkitan Cina dalam dasa warsa terakhir menjadikan Negara ini bisa saja mengambil alih posisi Jepang. Tanda-tanda kearah sana sudah jelas. Saat ini Cina merupakan salah satu Negara industri terbesar di dunia dengan menyedot ketersediaan sumber daya alam dan manusia. Produknya telah membanjiri pasar-pasar di Negara-negara kawasan Asia Pasifik. Kemajuan iptek Cina telah mengalami lompatan yang sangat signifikan. Tetapi Cina masih memiliki risiko melamban, terutama jika program reformasi pemerintahan baru tidak berjalan sesuai rencana, yang akan memberikan tekanan terhadap negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik.

0 comment:

Posting Komentar

give me a positive comment :)

 

Copyright © 2010 Every Step That I Take Along With God Blogger Template by Dzignine