UNHCR
sebagai “Guardian” Pengungsi
RIA
ROSIANNA SIMBOLON
1002045106
HI
REGULER B ‘10
Peran UNHCR sebagai organisasi
internasional yang bertanggung jawab menangani pengungsi terlihat ketika
konflik di suatu negara maupun antar negara semakin sering terjadi mulai karena
berbagai macam isu mengenai kepentingan sampai isu penggulingan rezim
pemerintahan, tanpa memperhatikan nasib masyarakat sipil yang akhirnya menjadi
korban dan harus menanggung beban sebagai pengungsi di negara lain.
PENDAHULUAN
Sejak
Maret 2011, rezim Bashar al-Assad terancam digulingkan oleh kelompok oposisi
Suriah. Peta politik di Suriah dikuasai
kelompok Syiah Alawiyah yang berhasil memperluas kekuatan militer serta
membentuk undang-undang yang membatasi pergerakan kelompok oposisi yang
sebagian besar bermazhab Sunni. Kelompok minoritas Syiah Alawiyah mampu
menguasai berbagai sektor perekonomian di Suriah hingga Bashar al-Assad menjadi
Presiden di Suriah. Sikap diskriminasi ini menimbulkan kecemburuan sosial di
kalangan Sunni hingga berujung pada perlawanan untuk menuntut reformasi politik
dalam pemerintahan. Tuntutan tersebut membuat pemerintah merombak struktur
parlemen dan pemerintahan, namun rakyat menolak karena menganggap struktur
pemerintahan masih dijabat orang-orang yang memang dekat dengan Bashar
al-Assad. Bashar al-Assad bersikeras tetap mempertahankan kekuasaannya
walau harus menggunakan kekerasan. Sikap tersebut memunculkan gelombang
demonstrasi menuntut Bashar al-Assad untuk segera mundur dan melaksanakan
pemilu dalam waktu dekat. Gerakan reformasi berupa unjuk rasa
damai pun berubah menjadi konflik bersenjata. Tidak sedikit korban jiwa menjadi
korban sehingga kondisi yang tidak kondusif ini akhirnya memaksa ratusan ribu
penduduk Suriah untuk pergi keluar dari negaranya demi mendapatkan
perlindungan. Sampai dengan tanggal 1 Februari 2013 menurut data UNHCR sebanyak
728.553 pengungsi Suriah telah teregistrasi sebagai pengungsi. Jumlah ini
terdiri dari 237.623 di Libanon, 227.484 di Yordania, 163.161 di Turki, 79.769
di Irak, 14.478 di Mesir, dan 6.338 di Afrika Utara.[1]
Pertanyaan yang kemudian muncul
adalah bagaimana upaya UNHCR dalam memberikan perlindungan terhadap pengungsi
Suriah yang berada di Libanon terkait perannya sebagai lembaga internasional
yang menangani permasalahan pengungsi di dunia ? Tulisan ini akan menjawab
pertanyaan tersebut dengan menggunakan konsep organisasi internasional yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran UNHCR menangani fenomena global
mengenai pengungsi yang saat ini berada di Libanon.
PEMBAHASAN
UNHCR diamanatkan oleh PBB untuk
berperan memimpin dan mengkoordinasikan tindakan internasional
untuk melindungi hak-hak pengungsi dan mencarikan jalan keluar serta solusi
jangka panjang bagi permasalahan mereka di seluruh dunia[2]. Eksplorasi dan analisis aktivitas
organisasi internasional akan menunjukkan sejumlah perannya, yaitu inisiator,
fasilitator, mediator, rekonsiliator dan determinator.[3]
v Peran
UNHCR sebagai Inisiator
UNHCR berperan sebagai inisiator
ketika pemerintah Libanon dengan menyatakan bahwa negaranya membutuhkan bantuan
dari dunia internasional terutama PBB untuk menyalurkan bantuan terhadap
pengungsi Suriah yang berada di negaranya.
Libanon sebagai host country tidak hanya membutuhkan bantuan material tetapi juga
bantuan non-material untuk menangani gelombang pengungsi yang memasuki wilayah
negaranya yang semakin memuncak pada tahun 2012 sampai saat ini. Walaupun
Libanon bukan negara pihak penandatangan Konvensi 1951 dan Protokol 1967
tentang Status Pengungsi, UNHCR tetap turun tangan untuk membantu dengan
membawa bantuan kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan mandat yang telah diterima
UNHCR oleh PBB.
v Peran
UNHCR sebagai Fasilitator
UNHCR
bekerja sama dengan Departemen Urusan Pendidikan dan Sosial Libanon untuk
meningkatkan kondisi anak-anak Suriah di Libanon.[4] UNHCR dan mitranya membuat
program Back to School yang bertujuan untuk mendorong pendaftaran anak-anak
sekolah dan memberikan informasi kepada para pengungsi tentang cara mendaftar
di sekolah. Transportasi ke sekolah disediakan bagi mereka yang membutuhkan. Tas
sekolah dan seragam juga didistribusikan pada anak-anak yang sudah terdaftar.
Selama liburan musim panas, UNHCR juga menyediakan kelas untuk membantu
anak-anak pengungsi mengejar ketinggalannya.
Harapan
para pengungsi untuk mendapat perlindungan semakin nyata saat UNHCR dan
mitranya segera mencarikan tempat berlindung. Sebagian besar pindah ke rumah
sewa melalui hibah bantuan tunai.[5] UNHCR mengidentifikasi
beberapa bangunan yang telah ditinggalkan pemiliknya dan bisa direhabilitasi
untuk menjadi tempat penampungan.[6] Keluarga yang
membutuhkan akan menerima hibah rata-rata US$ 240 per bulan untuk meningkatkan kemampuan
pengungsi membeli pakaian, biaya sewa, perlengkapan dapur, dan
barang rumah tangga lainnya di pasar Libanon dan ini juga berkontribusi terhadap perekonomian Libanon.[7]
UNHCR
dan mitranya juga menjalankan program kesehatan dan kesadaran mental untuk
membantu pengungsi menghadapi tekanan besar dari pengangguran dan masalah seperti
beradaptasi dengan kehidupan di Libanon, serta trauma kehilangan anggota
keluarga di Suriah.[8]
v Peran UNHCR sebagai Mediator dan
Rekonsiliator
Menurut Sumaryo Suryokusumo,
organisasi internasional adalah : “suatu proses; organisasi internasional juga
menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi
internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan mencari
kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama
serta mengurangi pertikaian yang timbul”.[9]
Dalam menangani pengungsi Suriah,
UNHCR mengupayakan kerjasama antara pemerintah Suriah dan Libanon untuk mencari
solusi bersama. Solusi terbaik adalah repatriasi
atau pengembalian kembali pengungsi Suriah ke negara asalnya. Mengingat
sampai saat ini situasi belum kondusif, solusi tersebut belum mampu dilakukan
oleh UNHCR. UNHCR hanya dapat memastikan bahwa para pengungsi Suriah tidak
dikembalikan atau dipulangkan sampai kondisi dan situasi di Suriah benar-benar
aman.
v Peran UNHCR sebagai Determinator
Berdasarkan Konvensi 1951 dan
Protokol 1967, UNHCR mempunyai kewenangan untuk menentukan status bagi pengungsi.
Oleh karenanya, ketika terjadi pergerakan pengungsi ke Libanon, UNHCR langsung
menyediakan informasi mengenai penyebaran kantor pendaftaran UNHCR
untuk mendorong warga Suriah yang membutuhkan perlindungan dan bantuan untuk
mendaftarkan dirinya sebagai pengungsi.[10] Di Libanon,
rata-rata 1.500 pengungsi teregister
UNHCR melalui empat pusat pendaftaran. UNHCR berencana membuka pusat pendaftaran
baru sebagai respons terhadap peningkatan pengungsi Suriah. UNHCR juga menggunakan
pendaftaran mobile untuk menjangkau mereka yang tidak dapat mencapai
pusat-pusat pendaftaran.
PENUTUP
Dalam hal ini UNHCR sebagai organisasi
internasional yang menangani pengungsi sudah memberikan peran yang sangat baik,
sebagai “Guardian” pengungsi. Walau masih terdapat kekurangan dalam
pelaksanaannya karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung. UNHCR sebaiknya
lebih giat untuk mempromosikan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat
internasional mengenai hukum pengungsi internasional agar lebih banyak lagi
negara yang bersedia untuk meratifikasi Konvensi 1951 dan Protokol 1967. Hal
ini paling tidak dapat mencegah negara untuk tidak bertindak sewenang-wenang
memperlakukan para pengungsi apalagi sampai memulangkan atau mengusir secara paksa
(non refoulment) pengungsi dari negara mereka. Walaupun sebenarnya prinsip non
refoulment ini telah menjadi hukum kebiasaan internasional, akan tetapi negara
tetap memiliki kedaulatan penuh. Sehingga tidak menutup kemungkinan negara bisa
mengusir pengungsi dengan alasan keamanan nasional misalnya.
Referensi
Buku
Perwita,
Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar
Hubungan Internasional, Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya, cetakan
kedua, 2006.
Suherman, Ade Maman
Organisasi Internasional & Integrasi
Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2003
World Wide Web
Amid Conflict in Syria,
Neighbouring Countries See Rising Numbers of Refugees
dalam http://www.unhcr.org/5024eddf9.html
, diakses tanggal 5 Maret 2013
Refugee Outflow Into Neighbouring Countries Still
Growing Fast, Amid Violence in Syria dalam http://www.unhcr.org/502e22779.html
, diakses tanggal 1 Maret 2013
Syria Region: Focus on Enrolling Refugee
Children in Schools, Iraq Border Crossing Opens at Al Qaem dalam http://www.unhcr.org/505c46759.html
, diakses tanggal 3 Maret 2013
Syria: Doubling of Refugees Fleeing to Jordan dalam http://www.unhcr.org/503ca1c99.html
, diakses tanggal 4 Maret 2013
UNHCR Further Scaling up Syria Refugee Operations, as
Crisis Grows
dalam http://www.unhcr.org/50fe86c29.html
, diakses tanggal 4 Maret 2013
UNHCR Humanitarian Aid Convoy Reaches
Displaced People in Northern Syria dalam http://www.unhcr.org/510b8efb6.html
, diakses tanggal 27 Februari 2013
UNHCR, “UNHCR Mandate”, dalam http://www.unhcr.org.mt/index.php/about-us/unhcrmandate
, diakses tanggal 27 Februari 2013
UNHCR Operations Scaling up Further in Syria, and Across Region as
Refugee Numbers Grow dalam http://www.unhcr.org/5049cd8c9.html
, diakses tanggal 5 Maret 2013
[1]
Dikutip dari “UNHCR Humanitarian Aid Convoy Reaches Displaced People in Northern
Syria”
dalam http://www.unhcr.org/510b8efb6.html
, diakses tanggal 27 Februari 2013.
[2] Dikutip dari UNHCR, “UNHCR Mandate”, dalam http://www.unhcr.org.mt/index.php/about-us/unhcrmandate , diakses
tanggal 27 Februari 2013
[3] Anak Agung Banyu
Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar
Hubungan Internasional, Bandung, Remaja Rosdakaya, cetakan kedua, 2006, hal.
95.
[4]
Dikutip dari “Refugee Outflow Into
Neighbouring Countries Still Growing Fast, Amid Violence in Syria”
dalam http://www.unhcr.org/502e22779.html
, diakses tanggal 1 Maret 2013
[5]
Dikutip dari “Syria Region: Focus on Enrolling Refugee Children in Schools, Iraq
Border Crossing Opens at Al Qaem”
dalam http://www.unhcr.org/505c46759.html
, diakses tanggal 3 Maret 2013
[6]
Dikutip dari “Syria: Doubling of
Refugees Fleeing to Jordan” dalam http://www.unhcr.org/503ca1c99.html
, diakses tanggal 4 Maret 2013
[7]
Dikutip dari “UNHCR Further Scaling up Syria Refugee Operations, as Crisis Grows”
dalam http://www.unhcr.org/50fe86c29.html
, diakses tanggal 4 Maret 2013
[8] Dikutip dari “UNHCR
Operations Scaling up Further in Syria, and Across Region as Refugee
Numbers Grow” dalam http://www.unhcr.org/5049cd8c9.html
, diakses tanggal 5 Maret 2013
[9] Ade Maman
Suherman , Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional dalam
Perspektif Hukum dan Globalisasi , Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 48.
[10]
Dikutip dari “Amid Conflict in
Syria, Neighbouring Countries See Rising Numbers of Refugees” dalam http://www.unhcr.org/5024eddf9.html
, diakses tanggal 5 Maret 2013
0 comment:
Posting Komentar
give me a positive comment :)