NAMA : RIA
ROSIANNA S.
NIM : 1002045106
MATA
KULIAH : MANAJEMEN RESOLUSI KONFLIK
KELAS : HI
REGULER B ‘10
Konflik
di Republik Demokratik Kongo (Zaire)
Perang
Kongo I
Perang
ini berawal dari negara yang bernama Zaire, ketika Perdana Menteri Mobutu mulai
kehilangan legitimasi di mata rakyatnya. Mobutu telah memimpin Zaire sejak
tahun 1965. Pada awal kepemimpinannya, Mobutu memiliki kiprah politik yang
sangat baik. Kepemimpinannya di Zaire saat itu didukung oleh berbagai negara
barat, termasuk Amerika Serikat. Namun pada perkembangannya Mobutu mulai
menunjukkan sikap yang otoriter dan banyak membuat kebijakan yang tidak
berpihak kepada rakyat. Zaire yang pernah maju saat awal kepemimpinannya
berubah menjadi stagnan dan mengalami kemunduran. Desakan-desakan untuk mundur
dari kekuasaanya pun mulai berdatangan. Tidak hanya dari dalam negeri tetapi
juga dari luar negeri dan bahkan negara sekutu seperti Amerika Serikat. Atas tekanan Barat agar melakukan pembaharuan, Mobutu
pada April 1990 melakukan reformasi
menuju demokrasi di Zaire, setelah lebih
dari dua dasawarsa menerapkan sistem partai tunggal, sistem partai
tunggal dihapuskan dan rakyat diijinkan untuk mendirikan partai sendiri, Zaire
mulai menganut sistem multipartai.
Akan
tetapi tak terlihat perubahan selama enam tahun upaya pro-demokrasi di negeri
tersebut. Akibatnya ialah pertentangan menguat dan banyak partai di negeri itu
“berkiblat” pada suku atau pemisahan diri. Kondisi ekonomi tidak juga semakin
membaik. Hampir semua rakyat Zaire bekerja di sektor informal karena sektor
formal tidak dapat memberikan jaminan apapun kepada mereka. Angka PDB Zaire
semakin mengalami kemerosotan dan banyak meresahkan masyarakat. Parahnya,
Tentara Nasional Zaire, Forces Armees Zairoises sering melakukan penyerangan ke
rumah warga dan melakukan perampokan. Kondisi ini terjadi karena para tentara
sering tidak menerima gaji dari pemerintah. Zaire mengalami perpecahan dari
dalam negeri, rakyat mulai membenci Mobutu yang dianggap sudah tidak mampu lagi
untuk mengurus Zaire.
Lebih
dari 200 etnis berada di Zaire yang berbicara dengan dialek yang berbeda.
Karena itu masalah etnis menjadi persoalan utama di Zaire. Di sebagian wilayah Zaire, penduduk desa –yang hanya
terpisah sekitar 50 kilometer– berbicara dengan dialek berbeda dan tak dapat
saling memahami. Karena masalah semacam itu lah, perpecahan dan pemberontakan
seringkali terjadi.
Konflik pun dimulai ketika kelompok pemberontak dari etnis
Banyamulenge / Tutsi Banyamulenge (suku Tutsi Rwanda yang beremigrasi ke Zaire
sekitar 200 tahun lalu) melakukan serangan
ke desa Lamera, Zaire Timur. Pemberontakan pun mulai terjadi
dimana-mana. Lemahnya kekuatan pusat membuat Zaire tidak mampu berbuat apapun
menghadapi pemberontakan. Para pengungsi Tutsi-Rwanda yang berada di perbatasan
Zaire juga akhirnya bekerjasama untuk menggalang kekuatan dengan nama Aliansi
Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Kongo (AFDL) yang dipimpin oleh
Laurent-Desire Kabila karena merasa berhutang budi terhadap para pemberontak
Zaire yang telah melindungi dari serangan Hutu. Tujuan utama dari AFDL ini
adalah menggulingkan pemerintahan Mobutu yang dianggap sudah tidak efektif dan
cenderung menindas rakyat. Banyak juga tentara nasional Zaire akhirnya
bergabung ke AFDL karena adanya pemecatan oleh pemerintah. Melihat AFDL sudah
mulai merekrut etnis Tutsi-Rwanda, Mobutu kemudian merekrut Interahamwe, etnis
Hutu-Rwanda yang juga mengungsi akibat pertempuran antara Hutu-Tutsi di Rwanda.
Konflik yang pada awalnya hanya konflik internal ini pun akhirnya berubah juga
menjadi konflik etnis ketika isu keetnisan dimanfaatkan dalam konflik ini.
Perang antar etnis ini langsung
menyeret negara sekitarnya yang juga mengalami masalah konflik Hutu-Tutsi
seperti Rwanda, Uganda, Burundi, dan Angola. Presiden Rwanda, Paul Kagame yang berasal
dari etnis Tutsi langsung memberikan bantuan kepada AFDL, keterlibatan Uganda lebih
disebabkan oleh hubungan baik antara Rwanda dengan Uganda, Burundi yang
kebetulan dipimpin oleh pemerintahan yang pro-Tutsi, Angola yang memiliki
sejarah kelam dengan Mobutu karena pernah membantu UNITA, sebuah kelompok yang
ingin memerdekakan diri dari Angola. Dalam perang ini Angola hanya membantu
melatih dan mempersenjatai para tentara Zaire yang desersi dari kesatuannya dan
mengirimkan mereka kembali ke Zaire untuk membantu menggulingkan Mobutu. Pihak
lain yang ikut berperan dalam membantu pemberontakan ini adalah Zambia dan
Zimbabwe juga memberikan dukungan militer kepada pemberontak. Demikian pula
dengan Eritrea, Ethiopia dan Sudan Selatan yang mendukung pemberontakan melalui
bantuan moral dan sumbangan dana.
Sementara itu pihak Mobutu hanya
mendapat bantuan dari UNITA. Selain dari UNITA, Mobutu juga mendapat bantuan
dari Sudan yang sejak awal memang sudah memiliki hubungan baik dengan Mobutu. Mobutu
dikabarkan banyak menyewa tentara bayaran dari Afrika dan Eropa, akan tetapi
jumlahnya terlalu sedikit sehingga tidak mampu untuk melakukan perlawanan
terhadap pasukan AFDL yang didukung oleh berbagai negara. Pasukan Mobutu yang
lemah sejak awal menjadi tidak berdaya ketika bertempur dengan AFDL. Mereka
tidak mampu menghadapi perlawanan serius dari AFDL yang dibantu oleh kekuatan
asing. Mobutu sendiri langsung melarikan diri ke Maroko, perang pun dimenangi
oleh AFDL. Pada tanggal 7 Desember 1997, Laurent Desire Kabila langsung
memplokamirkan dirinya sebagai Presiden baru dan mengubah nama Zaire menjadi
Republik Demokratik Kongo dan langsung melakukan penertiban di negaranya.
FAKTOR STRUKTURAL
|
FAKTOR POLITIK
|
FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI
|
FAKTOR BUDAYA DAN PRESEPSI
|
Pemerintah mulai kehilangan legitimasi di mata rakyatnya
akibat maraknya korupsi.
|
Pemerintah menunjukkan sikap yang otoriter dan banyak
membuat kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat
|
Ekonomi Zaire stagnan dan cenderung mengalami kemunduran.
|
Sejarah
konflik etnis Hutu dan Tutsi.
(
Jika ada negara yang dikuasai oleh etnis Hutu biasanya akan menindas etnis
Tutsi, begitu pula sebaliknya)
|
Tentara Nasional Zaire, sering melakukan penyerangan ke
rumah warga dan melakukan perampokan.
|
Negara-negara lain terutama Barat pun mulai menyerukan
perlu adanya generasi baru pemimpin.
|
Hampir semua rakyat Zaire bekerja di sektor informal sehingga
angka PDB Zaire semakin mengalami kemerosotan.
|
Banyaknya
etnis di Zaire menyebabkan mereka tak
dapat saling memahami.
|
0 comment:
Posting Komentar
give me a positive comment :)